Pengembangan Kapasitas Melalui Pelatihan dan Lokakarya
Untuk meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial para santri serta pengelola usaha, pesantren perlu rutin menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya kewirausahaan, manajemen usaha, pemasaran digital, dan literasi keuangan syariah. Kerja sama dengan lembaga eksternal seperti perguruan tinggi, Lembaga Amil Zakat, atau dinas terkait dapat memperkaya materi dan membuka jejaring yang lebih luas bagi para peserta.
Optimalisasi Peran Koperasi dan Unit Usaha Pesantren
Koperasi pesantren dapat dijadikan sebagai wadah strategis untuk menyatukan berbagai unit usaha di bawah manajemen yang lebih profesional dan transparan. Penguatan koperasi akan mendukung sistem distribusi hasil produksi, memperluas akses pasar, dan memperkuat rantai pasok yang efisien. Selain itu, koperasi juga dapat menjadi sarana simpan pinjam berbasis syariah yang membantu pembiayaan usaha santri dan masyarakat sekitar.
Digitalisasi dan Ekspansi Pasar
Di era ekonomi digital, penting bagi pesantren untuk mulai menerapkan teknologi informasi dalam pemasaran dan manajemen usaha. Penggunaan media sosial, e-commerce, dan sistem keuangan digital dapat membantu memperluas jangkauan produk dan meningkatkan efisiensi operasional. Untuk itu, santri dan pengelola perlu diberikan pelatihan digital marketing serta pemanfaatan platform jual-beli daring yang sesuai prinsip syariah.
Kolaborasi Multipihak
Pengembangan ekonomi pesantren memerlukan dukungan lintas sektor, termasuk dari pemerintah daerah, BUMDes, lembaga keuangan syariah, dan organisasi masyarakat sipil. Shohwatul I’sad dapat menjadi model kolaboratif di mana pesantren berperan sebagai pusat pemberdayaan, sementara pihak luar memberikan dukungan berupa pendampingan teknis, modal usaha, dan akses pasar yang lebih luas.
Monitoring dan Evaluasi Berkala
Agar seluruh program pemberdayaan berjalan efektif, diperlukan sistem monitoring dan evaluasi yang terstruktur. Dengan memantau perkembangan setiap unit usaha dan program pelatihan, pesantren dapat mengidentifikasi tantangan lebih dini, melakukan perbaikan berkelanjutan, dan menyusun strategi jangka panjang yang adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Pesantren Shohwatul I’sad di Sulawesi Selatan membuktikan bahwa lembaga pendidikan berbasis agama dapat memainkan peran strategis dalam pembangunan ekonomi berbasis komunitas. Melalui pengelolaan unit usaha terpadu seperti pertanian, peternakan, dan koperasi, pesantren ini tidak hanya membiayai operasional internal, tetapi juga memberdayakan santri dan masyarakat sekitar secara ekonomi.Â
Integrasi antara pendidikan agama dan praktik ekonomi syariah yang dilakukan secara langsung oleh para santri telah melahirkan generasi yang tidak hanya religius tetapi juga mandiri secara finansial. Untuk mengoptimalkan potensi ekonomi pesantren secara berkelanjutan, diperlukan langkah strategis seperti penguatan kurikulum kewirausahaan syariah, pelatihan teknis, digitalisasi usaha, penguatan koperasi, kolaborasi multipihak, serta sistem monitoring dan evaluasi yang terstruktur. Shohwatul I’sad menjadi contoh bahwa kekuatan ekonomi bisa tumbuh dari akar rumput dan bernilai spiritual tinggi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI