Ha, lucu yang menyakitkan. Benar-benar benci hari ini. Hari kedua puluh dua bulan pertama. Omong kosong tentang cinta hari ini. Memuakkan. Teramat banyak noda dalam cinta yang dipertahankan, terpaksa dipertahankan tepatnya.
Seperti sekam yang dihamburkan angin, tak bermakna, tak bernyawa. Mempertanyakan komitmen kebersamaan yang tlah dipertahankan, untuk apa? Yang menjadi hanya rekam jejak yang suram. Air mata yang tak ingin dikeluarkan, keluar dengan sendirinya disertai rasa benci.
Sudah demo besar-besaran terhadap ucap dan sikap yang terjadi tapi tak pernah ditanggapi. Kenapa terjadi lagi hari ini, di mana kesejahteraan yang harusnya dilakukan? Ego dan keotoriteran yang merajalela. Mungkin sebaiknya hari ini tidak pernah ada, luka dan luka yang diberikan. Ada perempuan yang gagal bertumbuh hari ini dan memilih mengurung dirinya di kamar yang pengap.
Drama hari ini sungguh buat tawa sinis, umputan demi umpatan bahkan adegan fisik yang menakjubkan. Fakta dan fiksi yang sempurna, menyesakkan. Terkadang, tak mampu untuk bertahan tapi kehidupan bukan yang dimau. Terkadang ingin menerima hak yang seharusnya tapi kewajiban pun tidak pernah dilakukan.
Andai, hari ini tidak seperti sekam yang dihamburkan angin, pasti ada kesejahteraan dan tenang teduh. Pasti ada rumah tempat tinggal yang seutuhnya. Bak elegi pion yang terluka, pemulung yang mencari keberterimaan. Entah, esok lebih baik walau hanya sekedar ketidaksengajaan.
Hidup ini memang lucu bukan. Sedang terluka dan terbunuh, hampir menjadi mayat, namun masih bisa tersenyum palsu. Dahsyat luar biasa.
***
Rantauprapat, 22 Januari 2023
Lusy Mariana Pasaribu