Karena patah hati sedang berkuasa atasku, kubiarkan diriku tersandung jatuh pada dosa yang merayu. Menikmati sensani demi sebuah kenyamanan yang sebenarnya sia-sia.
Aku marah.
Aku kecewa.
Bodoh dan payah.
Pendosa yang angkuh. Dilacurkan oleh angin patah hati. Tak ada self awareness pada duniaku hari ini.
Gairah yang salah meraihku. Hilang dari kebenaran. Lagi, aku jatuh pada dosa yang merayu. Aku menyalahkan diriku sendiri tapi tetap itu adalah kesengajaan yang kulakukan untuk menyelamatkan perasaan patah hati yang kurasakan.
Ratapan yang seharusnya tidak kurasakan. Aku yang bersimpuh di dalam hamparan semu. Menikmati tanpa memiliki, menikmati hujan yang bukan bagian hidupku. Menipu hati nuraniku.
Mestinya patah hati tak membuatku jatuh pada dosa yang merayu. Namun itu gagal kulakukan. Pertanyaan demi pertanyaan mengepung kepalaku, mengapa harus aku? Menjadikanku seseorang yang lemah. Ada suasana gelap yang terasa, menghirup udara yang pengap.
Sebenarnya, aku merasa menyesal bahkan ketakutan. Penyesalan yang tidak termaafkaan. Waktuku penuh kemalangan. Tidak berdaya saat realita yang kusemogakan berkhianat pada harap. Aku sehat tapi sakit, telah lama sebenarnya mati.
Sekarang ini, aku kehilangan jati diri. Tak ada ketenteraman. Tak ada kesediaan untuk menerima kenyataan pada disabilitas yang menghantuiku dan itu sebenarnya bukan disabilitas. Aku jengah pada diriku sendiri. Telah mati di pekuburan sepi.
Aku membuat pertikaian pada hati dan nalarku. Menghilangkan damai sejahtera dan tenang teduh dari hatiku. Ada sayatan luka baru yang kuciptakan sendiri, menambah duka pada duniaku. Bersama kebodohan, aku jatuh pada dosa yang merayu. Menciptakan kisah baru yang menjadi sejarah penuh riwayat luka.
Ahhh, kemarau hati buatku mengheningkan cipta dari kemalangan yang harus kutinggal pergi. Aku ingin memberontak, tapi hasrat berbahaya dengan lancang dan binalnya telah memasang jerat untuk membuatku tersesat.
Ini narasi luka hati, yang menyeretku mendekati nestapa. Aku benar-benar pendosa yang angkuh lagi payah! Dan Bum, ledakan keras seperti halilintar ada di dalam hati dan kepalaku.
***