Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seperti Cangkang Kosong

14 Februari 2021   00:00 Diperbarui: 14 Februari 2021   00:47 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Siapa yang suka menjadi cangkang kosong? Siapa yang ingin menjadi lalang di antara gandum? Aku rasa tidak ada.

Namun. Di antara jeda yang berjarak, di antara lelah yang tergesa, di antara kesenjangan yang payah. Aku gagal memelihara penerimaan. Aku seperti cangkang kosong.

Patah hati menggelayutberati jiwa. Sulit memelihara diri dari kesukaran. Bahkan kalah untuk mencairkan keterasingan. Saat aku seperti cangkang kosong, saat itu ada mendung di mataku. Tentunya dengan banyak hujan, hujan airmata.

Pada bulan Februari, aku jatuh saat dosa itu merayu lagi. Waktu yang berbeda, hari yang berbeda, penerimaan yang berbeda. Sepertinya, aku telah berjalan bersimpangan dengan teduh, dengan tenteram.

Aku mengalami hari tanpa surya. Duka luka menyembunyikanku dari cahaya hidup. Tidak tahu ingin ke kanan atau ke kiri. Aku layu oleh angin Timur. Kapan aku kembali mekar dari Timur? Aku sendiri menunggu untuk bangkit.

Sebenarnya. Aku tak menyukai kesenduan ini. Tak menyukai, saat banyak pertanyaan menyeruak di kepalaku. Aku ingin menghentikan rasa yang bodoh ini. Beralih dari mata muram ini.

Rasanya, kesedihan/kemalangan diciptakan bukan untuk dipelihara. Karena hidup tidak semata-mata tentang duka/kehilangan.

***
Rantauprapat, 12 Februari 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun