Ketika yang kau mau tertolak dan tidak terpenuhi, sorot matamu dipenuhi amarah. Aku memilih diam, menerima semua yang kau ucapkan
Aku memilih berhenti untuk mengusikmu, memilih menjadi kesepian daripada harus melihat sikapmu yang menuduhku
Jika kau bicara tentang pemberian, mungkin kau lupa dan tidak sadar bahwa aku yang lebih dulu menabur hal baik padamu. Tapi sudahlah, sebab kau sendiri menikmati balok yang terdapat di matamu
Aku berharap bisa membatu darimu, sungguh aku berharap. Mungkin aku hanya seseorang yang bisa berharap melakukan itu, tapi harapan belaka. Karena aku tak akan sanggup melakukan itu
Aku harus berdamai dengan keadaan hatiku, walau saat melihat pandangan matamu aku merasa terluka dan sakit
Aku memilih untuk bersikap baik-baik saja, walau aku tak tahu akan benar-benar bisakah memaafkanmu
Dan pagi ini, aku memilih mewartakan rasa gelisah yang kau berikan pada puisiku
***
Lusy Mariana Pasaribu
[Rantauprapat, 14.08.2020, 04:41]