Mohon tunggu...
Luqman Hakim
Luqman Hakim Mohon Tunggu... Desainer - Tinggal di Depok masih pengen jadi orang kreatif, terus, sampai tua, sampai nggak bisa kreatif lagi.

Orang biasa dan bukan siapa-siapa. Bukan wartawan, bukan penulis, bukan kartunis, bukan komikus, bukan fotografer, bukan desainer, bukan animator, jangan juga nuduh Art Director apalagi Creative Director, bukan dan bukan, pokoknya bukan siapa-siapa. Cuma orang biasa yang pengen tetep selalu kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa yang Terjadi Tanggal 22 Juli 2014?

13 Juli 2014   08:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:29 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14051693602110765225

Namun saya percaya, massa kedua belah pihak pendukung capres sudah dewasa, mereka tak akan ribut-ribut dan mampu bersikap legowo menerima kenyataan yang ada. Sama seperti ketika saya menonton konser Metallica 25 Agustus 2013 lalu, dikhawatirkan konser ini akan terjadi kerusuhan seperti halnya konser Metallica 20 tahun lalu tanggal 10-11 April 1993. Nyatanya yang saya hadapi adalah massa penonton yang tertib dengan musik hingar bingar, ketika memasuki gerbang pintu masuk stadion GBK berjalan dengan tertib dan yang membuat saya bergidik haru ketika konser dibuka pukul 20.00 WIB, di pinggir-pinggir halaman GBK beberapa orang menggelar koran dan melakukan Shalat Maghrib sebelum konser di mulai. Ya, musik tidak ada kaitannya dengan karakter seseorang, musik adalah bentukan ekspresi dari jiwa seseorang, bukan cerminan karakter pribadi. Saya nonton di kelas festival dan melihat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang kemudian saya juga sempat melihat Gubernur DKI Joko Widodo ikut menonton pertunjukan musik keras ini. Puluhan lagu dinyanyikan James Hetfield dan kawan-kawan, ketika konser selesai, pulang ke rumah, tak ada kerusuhan sedikit pun seperti kejadian konser Metallica 20 tahun silam. Ya, massa penonton Metallica yang dulunya remaja kini sudah dewasa, mereka pun tahu bahwa menonton konser musik metal untuk melepaskan ekspresi terhadap jenis musik yang mereka sukai, bukannya membuat rusuh.

Sudah jelas keputusan hasil Pemilu Presiden ada di tangan KPU nanti tanggal 22 Juli 2014, namun lucunya Husni Kamil Manik selaku ketua KPU malah mengatakan hasil Pemilu Presiden yang akan diumumkannya nanti bukan hasil yang mutlak dan bisa digugat di Mahkamah Konstitusi. Nah lo! Bila hasilnya tidak mutlak benar, Quick Count tidak bisa dipercaya, lantas KPU juga tidak bisa dipercaya, lantas kami rakyat harus percaya yang mana Pak?

Masih teringat dalam benak kita semua kelakuan Akil Moechtar sebagai ketua Mahkamah Konstitusi memainkan hasil pilkada daerah dengan menerima uang suap yang jumlahnya sangat besar, namun kami rakyat Indonesia sangat berharap bisa mempercayai hasil Pemilu Presiden kali ini bisa dilakukan dengan jujur dan tanpa manipulasi data, KPU bisa mengumumkannya ke masyarakat Indonesia dengan jujur, benar dan adil tanggal 22 Juli nanti.

Saya tak berharap ada Akil Moechtar lagi di masa sekarang, pun Husni Kamil Malik juga sebagai ketua KPU harus benar-benar tegas dalam memberitakan hasil Pemilu Presiden. Saya sebagai rakyat Indonesia juga sangat berharap semua penyelenggara negara mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan benar serta jujur dalam bersikap pun bertindak. Kebenaran harus disampaikan dengan benar, bukan dengan hasil yang sudah dimanipulasi.

Secara umum siapapun presidennya saya hanya berharap dialah yang terbaik yang dipilih oleh rakyat Indonesia. Untuk itu dalam penentuan hasil kali ini saya tidak mau memihak pada Prabowo-Hatta atau pun Jokowi-JK, toh Pemilu Presiden juga sudah lewat, saya hanya mau menunggu hasilnya saja, lagipula pilihan saya saat Pemilu Presiden lalu tetap jadi rahasia saya, bukan untuk diumbar. Dari jauh-jauh hari sebelumnya saya tidak pernah tertarik untuk ikut jadi relawan dari kedua kandidat presiden tersebut, baik diam-diam apalagi terang-terangan. Tak pernah saya mengajurkan teman, kerabat, bahkan istri juga orang tua saya untuk memilih pasangan capres tertentu, mereka punya pilihannya masing-masing sesuai harapan semua rakyat Indonesia akan pemimpinnya yang terbaik.

Alhasil tanggal 22 Juli nanti, kita semua hanya bisa berharap yang terbaik tanpa mengedepankan emosi atas kekalahan pasangan capres yang kita dukung. Siapapun yang naik, dialah yang terbaik. Tak perlu mengumbar emosi di bulan Ramadhan ini dengan melakukan tindak kekerasan pada pendukung pasangan capres yang menang. Kerusuhan Mei 1998 sudah jadi bagian sejarah kelam negeri ini dan kita semua tak ingin terulang kembali.

Tetap jadi manusia Indonesia yang terbaik. Toh kita harus bekerja mencari nafkah untuk penghidupan, menuntut ilmu bagi yang masih di bangku pendidikan. Jangan pernah memulai benih kerusuhan pasca 22 Juli nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun