Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunaseptalisa5@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Menikah "In This Economy" Tidak Cuma Butuh Cinta, tapi Juga Kestabilan Finansial

15 April 2025   09:27 Diperbarui: 15 April 2025   17:35 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menikah in this economy yang juga membutuhkan kestabilan finansial -photo by Trung Nguyen from pexels

Dalam budaya masyarakat yang masih menuntut perempuan harus menikah di usia tertentu, keputusan perempuan untuk menunda pernikahan dapat membuatnya menyandang predikat "perawan tua".

Di zaman modern, ketika kesempatan untuk berpendidikan tinggi dan meraih karir impian lebih terbuka, tidak sedikit perempuan yang menjadikan pernikahan bukan sebagai prioritas utama.

Ketidakpastian ekonomi, biaya hidup, termasuk biaya membesarkan anak yang semakin tinggi terlebih di kota-kota besar, menjadikan perempuan lebih memilih untuk menyibukkan dirinya dengan bekerja.

Mereka memiliki kesadaran yang lebih baik bahwa pernikahan perlu punya fondasi ekonomi yang kuat karena tidak sedikit masalah rumah tangga yang berakar dari masalah ekonomi. Beberapa diantaranya bahkan berakhir dengan perceraian.

Bukan hanya perempuan, ketidakpastian ekonomi juga bikin laki-laki pusing. Laki-laki yang umumnya diposisikan sebagai kepala rumah tangga menuntut mereka untuk bisa bertanggung jawab menafkahi anak dan istri. Jangankan menafkahi anak dan istri, menafkahi diri sendiri saja barangkali masih kembang kempis. 

Belum lagi pandangan masyarakat yang menilai harga diri seorang laki-laki dari pekerjaan, jabatan dan penghasilan. Seolah-olah ketika pekerjaan, jabatan dan penghasilan perempuan atau istri lebih tinggi dari suami adalah hal yang memalukan.

Padahal rumah tangga bukan arena persaingan antara siapa yang pekerjaan dan jabatannya lebih mentereng atau siapa yang penghasilannya lebih tinggi, melainkan bagaimana keduanya bisa saling bekerja sama dan berkontribusi. 

Setelah "Marriage Is Scary" Terbitlah Menikah "In This Economy" 

Media sosial memang selalu memunculkan tren-tren baru. Sebelumnya, media sosial, seperti TikTok, Instagram dan X diramaikan oleh unggahan berupa foto dan video yang berisi ketakutan individu terhadap pernikahan alias tren "marriage is scary". Tren ini menyoroti kekhawatiran tentang kemungkinan hal buruk yang terjadi pada hubungan pernikahan, seperti perselingkuhan dan KDRT.

Kekhawatiran ini semakin kuat ketika seseorang memiliki trauma karena sebab tertentu, seperti perceraian orangtua dan menjadi korban kekerasan orang-orang terdekat.

Apalagi di media sosial rasanya makin banyak saja orang cerita mengenai kegagalan rumah tangganya karena pasangannya ketahuan selingkuh, KDRT, tidak bertanggung jawab dalam memberikan nafkah, pasangan diam-diam menikah lagi, terjerat utang pinjol, kecanduan judol dan sebagainya.

Sekarang, dengan mulai munculnya penggunaan term "in this economy", dimana segala persoalan dilihat dalam kacamata ekonomi, tidak mengherankan kalau pernikahan juga dinilai menggunakan kacamata ini. Kesannya pernikahan sekarang jadi transaksional sekali ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun