Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunaseptalisa5@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Menikah "In This Economy" Tidak Cuma Butuh Cinta, tapi Juga Kestabilan Finansial

15 April 2025   09:27 Diperbarui: 15 April 2025   17:35 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menikah in this economy yang juga membutuhkan kestabilan finansial -photo by Trung Nguyen from pexels

Suka tidak suka, menjadikan pertimbangan finansial dalam memutuskan menikah itu sah-sah saja karena beras, gas, token listrik, cicilan KPR, sampai SPP anak dibayar pakai uang bukan pakai sistem barter.

Penulis Agus Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Sirkus Pernikahan mengatakan bahwa untuk mendapatkan cinta itu pakai perasaan tapi mempertahankannya pakai penghasilan. Jadi, kalau ada perempuan yang mendambakan laki-laki mapan sebagai salah satu kriteria calon suaminya, jangan buru-buru menuduh dia matre. 

Menormalisasi Dialog Soal Keuangan Sebelum Memutuskan Menikah 

Sebelumnya, saya pernah menulis tentang hal-hal apa saja yang sebaiknya dibicarakan bersama calon pasangan sebelum memutuskan menikah (klik disini untuk baca artikel lengkapnya). Dari hal-hal yang saya sebutkan di artikel tersebut, keuangan menjadi salah satu perkara yang penting untuk didiskusikan.

Masalah keuangan memang sesuatu yang sensitif sehingga sering dianggap tabu untuk dibicarakan. Padahal membuka dialog soal keuangan sebenarnya berguna bagi calon pasangan itu sendiri. 

Dengan membahas hal ini bersama calon pasangan, setidaknya kita akan mendapat gambaran dasar mengenai darimana sumber penghasilan calon pasangan, spending habit calon pasangan dan gaya hidupnya, apakah dia punya utang atau tidak, kalau ada, utangnya ke siapa saja dan bagaimana manajemen utangnya. 

Jangan sampai kita hanya tergiur dengan pekerjaannya yang bergengsi atau penghasilannya yang dua digit per bulan tapi gaya hidupnya hedon, manajemen keuangan buruk, atau punya utang di 10 aplikasi pinjol dan semuanya macet. Kita berhak tahu apakah calon pasangan dapat menggunakan uangnya secara bijak dan bertanggung jawab. 

Pastikan bahwa dia tidak memiliki spending habit yang kelak bakal membebani anggaran rumah tangga, seperti hobi utang demi gengsi dan validasi.

Hal lain yang juga penting dibahas adalah mengenai sumber pendanaan rumah tangga (mau single income atau double income), tujuan dan perencanaan keuangan rumah tangga serta bagaimana pengelolaannya.

Meski terkesan transaksional, nyatanya pernikahan dan ekonomi memang tidak bisa dipisahkan.

Saya pikir tidak ada pernikahan yang isinya cuma senang-senang atau berkutat pada aktivitas seksual belaka. Aktivitas ekonomi justru memainkan peran penting dalam mempertahankannya.

Dengan kondisi keuangan yang stabil, kita bisa memenuhi asupan gizi anak-anak, memberikan pendidikan berkualitas, mengakses layanan kesehatan yang memadai dan mewujudkan rencana-rencana keuangan jangka pendek, menengah hingga jangka panjang sesuai tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun