Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sila "Persatuan Indonesia" dan Kita yang Gemar Bertengkar karena Perbedaan

2 Juni 2021   18:16 Diperbarui: 2 Juni 2021   18:30 3272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sila ke 3 Pancasila | sumber gambar : gurupandai.com

Pada hari terakhir sidang BPUPKI I, Soekarno turut mengemukakan gagasannya.tentang rumusan dasar negara dalam lima poin berikut : kebangsaan Indoneisa, internasionalisme atau peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial dan ketuhanan yang berkebudayaan.

Lima poin inilah yang kemudian diberi nama Pancasila atas usulan seorang rekan ahli bahasa. Dan tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Kelahiran Pancasila.

Bagaimana Kita Menyikapi Perbedaan Saat Ini?

Perbedaan adalah sesuatu yang wajar terjadi. Para tokoh pendiri bangsa saja kerap berbeda pandangan dan beradu gagasan tentang bagaimana mewujudkan Indonesia yang merdeka.

Namun mereka dapat menyelesaikan perbedaan itu melalui adu argumen yang sehat, intelek dan elegan.

Dulu, perang argumen biasa terjadi dalam forum-forum diskusi, kongres-kongres, rapat-rapat bahkan karya-karya tulis.

Sekarang, perang argumen biasa terjadi di sosial media.

Sayangnya perdebatan yang terjadi di sosial media seringkali diwarnai dengan caci maki dan saling sindir.

Pilpres 2014-2019 dan 2019-2024, misalnya. Berapa banyak hoax, ujaran kebencian, hinaan bernuansa SARA yang beredar di jagat maya dan disebarkan dari satu akun sosial media ke akun sosial media lainnya?

Polisi mungkin berhasil menangkap para produsen hoax dan pelakunya bisa saja telah dipenjara. Namun siapa yang dapat menyembuhkan "penyakit" yang datang setelahnya?

Sejak keributan itu terjadi hingga saat ini, kehidupan beragama jadi kurang asyik. Begitu pula dengan persoalan sosial-politik.

Menguatnya politik identitas membuat beberapa orang atau kelompok merasa lebih mayoritas, lebih religius, lebih superior sehingga dapat berlaku diskriminatif bahkan melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun