Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal Konsumsi Berkelanjutan, Pola Konsumsi yang Ramah Lingkungan dan Menyejahterakan Umat Manusia

9 Maret 2021   10:28 Diperbarui: 9 Maret 2021   11:59 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.greeners.co)

Pada dasarnya, kegiatan konsumsi tidak hanya dilakukan oleh individu dan rumah tangga saja, tetapi juga oleh pemerintah, bisnis dan institusi lainnya. Intinya, semua orang butuh mengkonsumsi sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Terlepas dari siapa pun yang melakukannya, kegiatan konsumsi tentu punya pengaruh terhadap berbagai aspek, entah itu aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. 

Tidak jarang, konsumsi yang dilakukan secara berlebihan, justru berpotensi merusak alam dan selanjutnya mengancam kesejahteraan umat manusia.

Itulah sebabnya, sejak beberapa tahun silam mulai digaungkan konsep dan pola konsumsi serta produksi berekelanjutan. Namun, di artikel ini fokus bahasan saya adalah pada konsumsi saja.

Apa Itu Konsumsi Berkelanjutan?

Konsumsi berkelanjutan atau sustainable consumption adalah suatu konsep atau pola konsumsi barang dan jasa yang tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan (atau setidaknya meminimalkan dampak negatif pada lingkungan) guna memenuhi kebutuhan dasar manusia.  

Penerapan dari konsep ini bukan hanya tentang mengurangi jumlah konsumsi, melainkan juga harus memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi setiap orang, tanpa menimbulkan kerusakan pada lingkungan maupun mengurangi kualitas hidup seseorang.

ilustrasi konsumsi dan produksi berkelanjtan (Sumber: wwf-scp.org)
ilustrasi konsumsi dan produksi berkelanjtan (Sumber: wwf-scp.org)

Konsumsi berkelanjutan juga mendukung agar "kelompok yang kurang beruntung"  dapat meningkatkan kemampuan konsumsinya, dengan cara memberi akses pada mereka terhadap kebutuhan dasar, seperti pangan, energi, air bersih, hunian yang layak, layanan pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Namun, semua itu harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak merusak lingkungan.

Ada pun 4 prinsip dasar yang harus dipenuhi mengenai konsumsi berkelanjutan:

  • Memahami apa yang kita konsumsi
  • Memahami dampak konsumsi terhadap lingkungan
  • Memahami dampak konsumsi terhadap masyarakat lain
  • Memahami dampak konsumsi terhadap neraca perdagangan, perekonomian nasional dan industri lokal

Pertumbuhan Penduduk dan Konsekuensi Dari Kegiatan Konsumsi 

ilustrasi pertumbuhan penduduk (Sumber: kompas.com)
ilustrasi pertumbuhan penduduk (Sumber: kompas.com)
Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 270 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Jumlah ini naik sekitar 4,5 kali lipat dari jumlah penduduk Indonesia tahun 1930 silam, yang ketika itu masih 60 juta jiwa.

Pertumbuhan penduduk sejatinya mengandung konsekuensi akan kebutuhan terhadap sumber daya alam yang semakin tinggi. 

Dalam hal ini pola konsumsi penduduk dapat mempengaruhi kondisi sumber daya alam di Indonesia sehingga turut menentukan apakah penduduk Indonesia dapat terus memperoleh manfaat dari kekayaan alamnya secara berkesinambungan.

Sebab, berbagai penelitian menunjukkan bahwa kondisi sumber daya alam Indonesia mengalami penurunan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. 

Mata air yang kering dan daerah aliran sungai (DAS) yang tercemar limbah pabrik telah mengurangi pasokan air bersih. Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang diperkirakan mencapai 100.000 hektar setiap tahunnya bisa mengancam ketahanan pangan di kemudian hari jika tidak ditangani dengan baik.

Kerusakan pada hutan dan laut juga tidak kalah memprihatinkan. 

Forest Watch Indonesia (FWI) melaporkan dalam bukunya "Potret Keadaan Hutan Indonesia" mengenai laju deforestasi di Indonesia pada beberapa periode. 

Dimulai sejak tahun 2000, laju deforestasi di Indonesia berada di angka 2 juta ha/tahun. Kemudian berturut-turut hingga tahun 2017, yaitu pada periode 2000-2009 sebesar 1,5 juta ha/tahun, 1,1 juta ha/tahun pada periode 2009-2013 dan mengalami peningkatan kembali hingga mencapai 1,47 juta ha/tahun pada periode 2013-2017.

Indonesia sendiri merupakan rumah bagi 10% hutan hujan tropis dunia dan 36% lahan gambut tropis dunia.

Lahan gambut Indonesia diperkirakan menyimpan 28 miliar ton karbon atau setara dengan hampir tiga tahun emisi bahan bakar fosil global. 

Bisa dibayangkan bukan, jika terjadi kebakaran lahan gambut, berapa ton emisi karbon yang dilepaskan ke udara. Pasalnya, lahan gambut adalah jenis tanah yang dapat menyimpan karbon hingga 20 kali lebih banyak dibandingkan jenis tanah mineral lainnya.

Bila melihat pola konsumsi penduduk, ditemukan bahwa pola konsumsi kelas menengah Indonesia yang cenderung berlebihan dapat menguras lebih banyak sumber daya alam yang sudah dalam kondisi kritis. 

Pembelian barang sekunder seperti perangkat elektronik, kosmetik impor, mobil dan motor meningkat cukup tinggi sejak 2010. Selain itu, pola konsumsi yang berlebihan juga menghasilkan banyak sampah dalam waktu cepat, baik itu sampah plastik, sampah elektronik, polusi udara dari asap kendaraan bermotor dan sebagainya.

Sementara penduduk miskin yang jumlahnya mencapai 30 juta jiwa, pola konsumsinya sangat memprihatinkan. Jangankan membeli kebutuhan sekunder, memenuhi kebutuhan dasar saja masih kesulitan.

Mereka yang bekerja pada awal mata rantai perdagangan, seperti petani, nelayan dan pedagang kecil seringkali malah memperoleh penghasilan paling minim. Tentu saja itu tidak sebanding dengan usaha yang mereka lakukan.

Bagaimana Caranya Menerapkan Pola Konsumsi Berkelanjutan? 

Penduduk Indonesia dan dunia semakin bertambah. Kebutuhan akan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan juga bertambah. 

Sayangnya, keserakahan manusia punya andil besar dalam menciptakan kerusakan alam dan kesenjangan sosial dengan sesama manusia. 

Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, kita dapat menerapkan pola konsumsi berkelanjutan dengan beberapa cara berikut. 

1. Konsumsi makanan 

contoh cara menyimpan makanan di dalam kulkas (Sumber: popsugar.com)
contoh cara menyimpan makanan di dalam kulkas (Sumber: popsugar.com)

Utamakan membeli produk lokal, seperti sayur dan buah-buahan lokal. Memperhatikan cara penyimpanan bahan makanan, terutama bahan makanan segar, seperti sayur, buah, ikan dan daging segar, agar tidak cepat busuk.

Memasak, membeli, mengambil makanan sesuai kebutuhan dan harus dihabiskan. Ingat, sampah makanan dapat membahayakan kondisi air tanah bahkan menimbulkan gas rumah kaca. Jadi, hindari membuang-buang makanan 

Jika punya makanan berlebih, bagikan ke tetangga atau orang lain yang membutuhkan 

2. Konsumsi air bersih 
Konsumsi air bersih di sini tidak hanya air yang diminum saja, tetapi juga air yang digunakan untuk mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya.  

Namun, tahukah Anda jika sebanyak 2,1 miliar penduduk bumi tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman untuk dikonsumsi? 

Sementara menurut prediksi PBB, pada tahun 2050 mendatang, permintaan air bersih akan naik hingga 30%. Padahal pasokan air bersih yang dapat digunakan manusia cuma 3% dari total air yang ada di bumi. 

Maka, sebisa mungkin kita harus mengonsumsi air bersih secara bijak. Tidak membiarkan air keran menetes apabila tidak digunakan; segera memperbaiki pipa atau keran yang bocor; tidak mandi terlalu lama, menggunakan air kembali (reuse water), seperti air bekas cucian buah, sayur dan beras untuk menyiram tanaman dan sebagainya. 

3. Konsumsi energi (terutama listrik) 
Ada yang pernah menonton film dokumenter yang dirilis oleh Watchdoc berjudul "Sexy Killer"? 

Kalau belum, saya sarankan Anda untuk menontonnya. Cari saja di YouTube. Anda akan mendapat insight tentang hubungan antara konsumsi listrik, pertambangan batu bara dan dampaknya terhadap lingkungan serta masyarakat. 

Nah, apa saja yang bisa kita lakukan untuk menghemat konsumsi listrik? 

  • Matikan lampu dan peralatan elektronik jika tidak digunakan
  • Manfaatkan sinar matahari sebagai penerangan di siang hari 
  • Hindari membiarkan pengisi daya (charger) menancap di stop kontak ketika sedang tidak digunakan 
  • Gunakan lampu LED
  • Gunakan AC sesuai kebutuhan dan perhatikan penggunaan kulkas. Hindari mengisi kulkas terlalu penuh dan membuka tutup kulkas dalam waktu lama

4. Konsumsi kosmetik

contoh label dalam kemasan produk kosmetik (Sumber: beautynesia.id)
contoh label dalam kemasan produk kosmetik (Sumber: beautynesia.id)

Sebagai konsumen kosmetik yang cerdas dan bijak, kita juga perlu aware terhadap bahan-bahan yang terkandung di dalamnya apakah ada kandungan bahan kimia berbahaya atau tidak. 

Pilihlah produk-produk kosmetik yang no animal testing atau animal cruelty free. Bisa juga dilihat dari kemasannya apakah ada logo eco friendly nya atau tidak. 

Nah, tentang apa itu no animal testing, animal cruelty free dan logo-logo eco friendly apa saja yang biasanya terdapat pada kemasan produk, silakan tanya Mbah Google. 

5. Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik 

6. Jika selama ini pertimbangan kita dalam mengonsumsi sesuatu hanya didasarkan pada harga atau keuntungan bagi diri sendiri, sekarang saatnya untuk melihat kepentingan yang lebih luas lagi
Misalnya, dengan berbelanja di warung tetangga, pelaku UMKM atau pedagang-pedagang kecil di sekitar kita; menggunakan produk-produk berbahan ramah lingkungan, memperhatikan apakah produsen yang memproduksi suatu produk melakukan tindakan yang mengabaikan tanggung jawab sosial pada lingkungan, pekerja maupun masyarakat sekitar tempat usaha (yang terakhir ini mungkin agak sulit dan merepotkan) dan lain-lain. 

Kehidupan kita memang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan konsumsi. Namun, konsumsi yang tidak bijak sama artinya dengan keserakahan. 

Dan keserakahan hanya akan menciptakan bencana yang kita sesali kemudian. 

Sebagai penutup, izinkan saya untuk menyampaikan kutipan dari Mahatma Gandhi yang (semoga) bisa kita renungkan dan terapkan dalam kehidupan.

"Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh manusia, tetapi tidak akan mampu memenuhi keinginan seseorang atau segelintir manusia yang serakah."

Referensi : satu, dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun