Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Middle Income Trap: Jebakan Finansial yang Membuat Kelas Menengah Sulit Naik Kelas

18 Februari 2021   17:12 Diperbarui: 22 Februari 2021   05:46 3686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi middle income trap: Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay

Kelas menengah di Indonesia merupakan mayoritas dibandingkan kelas-kelas ekonomi masyarakat lainnya. Jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2030 mendatang. 

Sesuai dengan namanya, masyarakat yang tergolong ke dalam kelas menengah adalah mereka yang hidupnya berkecukupan, tidak miskin tapi juga tidak sekaya para pemilik modal.

Ada pun parameter yang digunakan untuk menentukan siapa yang termasuk dalam kategori kelas menengah bisa bermacam-macam. 

Asian Development Bank, pada 2010, mendefinisikan kelas menengah di Indonesia sebagai orang dengan pengeluaran sebesar US$2-20 per hari. Apabila menggunakan parameter tersebut, persentase kelas menengah di Indonesia mencapai 46,58%. 

Ada lagi parameter Amerika Serikat yang digunakan oleh Global Wealth Report pada tahun 2015, mendefinisikan kelas menengah sebagai orang yang memiliki kekayaan sebesar US$ 50.000-500.000. Dengan parameter tersebut, persentase kelas menengah di Indonesia hanya 4,47%. 

Sementara itu, Bank Dunia, dalam laporan "Aspiring Indonesia : Expanding the Middle Class" (2020), menilai bahwa yang disebut sebagai kelas menengah adalah mereka yang mampu membeli hal-hal di luar kebutuhan dasarnya, seperti hiburan, kendaraan pribadi, asuransi kesehatan dan lain-lain.

Atau dengan kata lain pengelompokkan kelas menengah didasarkan pada standar economic security di Indonesia. Parameter inilah yang dianggap lebih sesuai dengan kondisi ekonomi negara kita. 

Masyarakat yang termasuk dalam kelas menengah ini adalah mereka yang memiliki pengeluaran rata-rata sebesar Rp 1,2 juta-6 jura per bulan. Para ahli menilai hingga saat ini setidaknya tiap 1 dari 5 orang di Indonesia adalah kelas menengah. 

Kelas menengah sering dikatakan sebagai kelompok yang memiliki banyak kebutuhan dan keinginan namun pengeluaran terbatas. Hal inilah yang apabila tidak berhati-hati dapat membuat mereka terjebak pada middle income trap. 

Apa Itu Middle Income Trap? 

Middle income trap atau jebakan pendapatan menengah sebenarnya adalah istilah dalam ekonomi makro untuk menyebut kondisi suatu negara yang berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah namun tertahan untuk berkembang menjadi berpendapatan tinggi. 

Kini istilah itu juga dapat digunakan untuk menggambatkan kondisi keuangan individu yang mengalami stagnansi pada level menengah sehingga menyebabkan seseorang sulit untuk mencapai kondisi keuangan yang lebih sehat. 

Ada pun ciri-ciri seseorang yang terjebak middle income trap antara lain : 

  • pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tersier lebih besar daripada pengeluaran untuk kebutuhan primer
  • pengeluaran untuk 4 kali weekend mencapai 30%-40% dari penghasilan
  • pembayaran utang berupa cicilan konsumtif, seperti kartu kredit, lebih besar dibanding jumlah yang ditabung setiap bulan
  • nilai aset yang dipakai sendiri (rumah, mobil, perhiasan dan lain-lain) lebih besar daripada nilai aset investasi (saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain)
  • minim atau bahkan sama sekali tidak memiliki dana likuid, seperti simpanan tunai di tabungan, deposito dan sebagainya

Tidak dapat dipungkiri, kelas menengah merupakan kelompok yang paling rentan terjebak middle income trap. Gaya hidup dan gengsi yang tinggi agar dianggap orang berada menjadi penyebab utamanya. 

Gaji naik, ganti gawai. Jabatan naik, ganti mobil. Dapat bonus, beli barang branded. Tabungan terkumpul banyak, pergi liburan. Jadi, setiap kali penghasilan meningkat pengeluaran untuk gaya hidup juga ikut meningkat. 

Sebenarnya hal itu boleh-boleh saja dilakukan kalau ada alasan yang dapat dibenarkan dan sudah direncanakan dengan matang. Jadi tidak akan mengganggu kesehatan keuangan kita. Karena tanpa perencanaan keuangan yang matang, bisa-bisa uang berapa pun yang dimiliki akan habis sehingga tidak ada yang dapat ditabung dan diinvestasikan. 

Tips Menabung Bagi yang Sulit Menabung 

Ada sebuah survei yang dilakukan oleh Narasi TV terhadap 295 responden pada Februari 2019 lalu mengenai alasan mengapa kelas menengah di Indonesia tidak bisa menabung.

Survei tersebut dilakukan terhadap responden dengan rentang usia 21-44 tahun di mana di dalamnya mencakup juga generasi milenial dan dewasa muda yang notabenenya masih produktif. 

Hasil survei tersebut menunjukkan alasan utama seseorang tidak bisa menabung adalah belanja, dengan persentase sebesar 31,8%. Disusul di urutan kedua dengan persentase sebesar 24,3%, yaitu pembayaran cicilan. Kemudian berturut-turut di urutan ketiga sampai kelima adalah hangout (18,5%), traveling (14,7%) dan hobi (10,6%). 

Belanja barang branded, hangout ke mall, liburan ke luar negeri atau mengeluarkan uang demi menunjang hobi tentu boleh-boleh saja. Asalkan bisa mengendalikan. 

Oleh karena itu, kebiasaan menabung dan berinvestasi harus dibangun sejak dini. Selain untuk membebaskan kita dari jebakan middle income trap, menabung dan investasi akan membuat masa depan keuangan kita cenderung lebih terjamin. Apalagi kalau kita sudah tua dan tidak seproduktif saat masih muda. 

Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa disiplin dalam menabung? 

1. Sisihkan sekitar 15%-30% dari penghasilan untuk tabungan, dana darurat dan investasi setelah terima gaji

ilustrasi menabung dan investasi-smartcrowd.ae
ilustrasi menabung dan investasi-smartcrowd.ae

Salah satu hal yang membuat kita tidak bisa menabung adalah tidak segera menyisihkan gaji untuk ditabung. Akhirnya, gaji habis cuma untuk kebutuhan hidup. 

Misalnya, kita gajian tanggal 1 setiap bulan. Di tanggal itu juga langsung kita sisihkan gaji sebanyak 15%-30%. Persentase 15%-30% dari gaji ini dialokasikan untuk tabungan, dana darurat dan investasi. 

Katakanlah gaji yang diterima Rp 5 juta per bulan. Diambil 30% dari Rp 5 juta berarti Rp 1,5 juta. Nah, Rp 1,5 juta ini bisa kita alokasikan ke masing-masing komponen sebesar Rp 500 ribu. 

Jadi, yang benar itu disisihkan di awal setelah terima gaji. Bukan disisakan di akhir setelah dipakai macam-macam. 

2. Manfaatkan produk tabungan rencana

Tabungan rencana memiliki beberapa keunggulan yang berbeda dari tabungan biasa, seperti suku bunga yang lebih tinggi, bebas biaya admin, bebeas menentukan jangka waktu tabungan (mulai dari 1-20 tahun), setoran awal yang lebih ringan (bisa dimulai dari Rp 100 ribu sebagai setoran awal), bebas menambah dana sewaktu-waktu di luar setoran rutin bulanan dan ada fasilitas asuransi jiwa. 

Selain itu, uang yang disimpan di tabungan rencana tidak dapat diambil sebelum tanggal jatuh tempo. Jadi, kita tidak tergoda untuk menarik uang tersebut sebelum mencapai nominal yang diinginkan. 

3. Manfaatkan fasilitas auto debit

Supaya kita tidak lupa, kita dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk berbagai keperluan, termasuk menabung. 

Jadi, setiap bulan, pada tanggal yang telah ditentukan, saldo di rekening kita akan terdebit secara otomatis ke rekening tabungan. Dengan demikian, kita harus menyediakan uang yang cukup di rekening kita agar bisa setor tabungan secara rutin. 

4. Punya target dan tujuan yang jelas

Untuk apa kita menabung? Beli rumah? Beli mobil? Liburan? Melanjutkan pendidikan? Modal awal membuka bisnis? Atau buat modal nikah? 

Kemudian, berapa lama kita menabung? 1 tahun? 3 tahun? 5 tahun? 

Setiap orang punya tujuan dan targetnya masing-masing. Dengan adanya target dan tujuan yang jelas, kita akan tahu berapa yang harus kita tabung setiap bulannya. 

Membangun kebiasaan menabung dan investasi tidak harus menunggu sampai berpenghasilan tinggi terlebih dulu. Gaji UMR pun bisa asalkan disiplin dan konsisten. 

Referensi : satu, dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun