Pagi itu mimpi buruk berubah menjadi kenyataan.
    Sebuah galangan kapal di daerah selatan London baru saja dibom oleh Jerman. Menurut saksi mata, ada sekitar 30 pesawat Jerman yang datang menyerang. Pemboman itu sendiri berlangsung sangat cepat.
    Pukul 04.45 para penduduk di sekitar galangan terbangun oleh suara riuh, yang ternyata adalah bunyi mesin pesawat. Bom - bom pun segera dijatuhkan. Tidak sampai 5 menit galangan kapal sudah berubah jadi lautan api.
    Tak ada satu pun pesawat RAF (AU Inggris) yang sempat datang dan memberi perlawanan. Mungkin karena begitu mendadaknya serangan itu. Yang jelas pesawat - pesawat Jerman dapat langsung lenggang kangkung, belok haluan, pulang kembali ke Perancis.
    Para penduduk dan pekerja galangan kapal hanya dapat memandang ekor pesawat Jerman yang menjauh. Mereka geram.
    Hitler baru saja menjajal Inggris di babak pertama perang udara ini. Dan ia sukses besar.
    Berita tak sedap itu segera bermunculan di berbagai surat kabar. Orang - orang yang membacanya merasa gelisah. Lancelot, seorang pria berusia 29 tahun, ikut membaca berita itu sambil duduk di taman.
    Kedua matanya menatap isi berita tersebut tanpa berkedip. Mulutnya tampak mengunyah sesuatu. Ia menghabiskan sarapan paginya yang baru saja dibeli di toko.
    Selesai membaca berita tadi, Lancelot segera mencari kolom lain. Ternyata kolom iklan di halaman belakang cukup menggugah minatnya. Lancelot mencermati alat - alat pertanian yang diiklankan disitu. Tak jauh dari iklan tersebut terpampang pula iklan buku baru, salah satunya novel Enid Blyton berjudul The Naughtiest Girl in the School. Lancelot tak sempat meliriknya. Mulutnya komat - kamit seperti menghitung sesuatu saat menatap iklan alat pertanian. Dan akhirnya Lancelot menutup surat kabar Daily Herald yang dibacanya dengan wajah kesal.
    Semua alat pertanian dijual dengan harga selangit, ujarnya dalam hati. Ini tentu gara - gara perang. Harga barang - barang jadi melambung.
    Lancelot lalu berdiri dan merogoh saku bajunya. Hanya tersisa uang 6 penny setelah ia membeli roti tadi. Roti murahan. Lancelot memegangi perutnya yang masih lapar. Tapi ia menahan diri untuk tidak membeli makanan lagi. Uang 6 penny hanya cukup untuk biaya pulang naik bus ke rumahnya di daerah pertanian Derbyshire. Selebihnya tak ada sisa untuk beli makanan.