Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkataanmu adalah Doa

11 September 2018   21:56 Diperbarui: 11 September 2018   22:06 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Bapak yang anaknya ikut les di tempatku, kemarin teriak - teriak di depan rumah. Pasal anaknya tersebut lupa mengunci kamar dan pintu depan ketika meninggalkan rumah. Kebetulan si Bapak sedang ada kegiatan keluar dan Ibunya belum pulang dari sekolah.

Si Bapak menjitak kepalanya dengan ekspresi yang sangat marah lalu mengomel dengan menyebutnya  " b*b#!". Sontak aku kaget, namun tak berani untuk ikut campur. Setelahnya si anak tersebut kurang semangat mengikuti pelajaran yang saya berikan. Padahal anak perempuan yang masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar tersebut sangatlah pintar dan patuh. 

Perkataan adalah doa

Mungkin sudah cukup sering kita dengar kutipan ini " Perkataan adalah doa". Yang mana berarti setiap perkataan yang keluar dari mulut kita adalah doa. Dan seringkali menjadi kenyataan atau kita alami. Itulah sebabnya, kita sering - sering diingatkan agar - agar hati - hati dalam mengucapkan perkataan.

Kembali pada contoh kasus di atas, saya pribadi seringkali mendengar perkataan tidak pantas (bahasa kebun binatang) dilontarkan para orangtua terhadap anak - anaknya ketika mereka marah. Sayang mereka tidak menyadari akibat dari ucapan atau perkataan tersebut. 

Suatu kali aku menegur suami teman yang memaki anaknya dengan sebutan " B*b# ". Namun, dia membela diri dengan mengatakan bahwa anak tersebut memang sangat nakal dan sulit diatur. Kemudian aku bertanya seberapa sering dia mengucapkan kata tersebut terhadap anaknya. Menurut sang istri si suami selalu mengucapkan kata - kata kebun binatang setiap kali marah terhadap anak - anak.

Lalu saya katakan begini padanya. Jika kalian selalu menyebut kata yang tidak pantas tersebut terhadap anak, lalu bagaimana anak ini bisa memiliki karakter sebagaimana manusia?. Bukankah dia adalah bin*t*ng. Suami temanku itu pun diam seribu bahasa. Entah dia setuju dengan kritik yang aku sampaikan atau tidak. 

Kita mengharapkan yang terbaik dari anak - anak kita. Lalu mengapa kita tidak mengucapkan hal - hal yang baik buat mereka. Lain hal dengan cerita anak diatas, kita pribadi pun seharusnya selalu berkata yang baik dengan diri kita. Seringkali ketika menghadapi masalah, kita mengutuk diri sendiri dengan kata - kata yang semakin membuat kita terpuruk. Misalnya " Aku memang bodoh! wajar kalau aku gagal", "aku loser", "aku begini", "aku begitu". 

" Lidah yang tenang adalah pohon kehidupan, tetapi lidah yang menyimpang menghancurkan semangat". (peringatan buat diri sendiri yang seringkali berkata negatif). 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun