Ini tentunya merupakan aturan baku pada semua pertandingan sepakbola, terutama yang masuk agenda resmi FIFA (FIFA loh ya, bukan VIVA atau aturan nyeleneh sepakbola nasional lain).
Perdebatan soal petasan atau suar/flare sendiri masih ramai. Banyak yang menganggap suar sebagai bentuk kreasi suporter. Ini merupakan bentuk kefrustasian kreasi. Dimana sebenarnya kreatifitas suporter bisa dalam bentuk yang lebih "manusiawi". Misalnya saat Aremania dilarang pakai atribut (2008-2009), mereka memakai pakaian unik saat menonton. Syal? Diganti sarung atau bendera merah putih.
Hasilnya? Ga kalah keren dari suar
Di negara lain sendiri korban suar tidak sedikit. 1992 Guillem Lazaro (13 tahun) tewas karena dadanya terkena suar di Barcelona, 1993 John Hill (67 tahun) tewas karena suar di Wales, dan 2013 seorang remaja Brazil juga menjadi korban suar (sumber). Oke soal aturan, kita bahas implementasi di lapangan dari sisi pengamanan.
Pengamanan sepakbola di Indonesia sebenarnya sudah sangat ketat, namun soal efektivitas kurang. Kepolisian dan tentara memang berlapis, belum dari jasa pengamanan yang disewa panpel.
Namun keketatan tersebut masih memiliki celah. Bagaimana tidak, fokus utama mereka masih ke botol air minum (yang biasanya dijadikan "amunisi" suporter menyerang kelompok suporter lain atau aparat).
Bahkan yang ga kalah menggelikan, pada final PIala Presiden 2017 lalu di Pakansari, penulis melihat sendiri petugas keamanan lebih mengutamakan mencopot semua gesper penonton ketimbang body checkingyang efekti. Ironisnya, gesper yang dicopot tidak dijaga sehingga penulis dan banyak penonton lain kehilangan gesper2 tersebut saat pertandingan usai.
Body Checking ga efektif?
Ya. Karena jarang sekali ada pemeriksaan yang benar-benar serius, apalagi adanya X-ray yang bisa melihat barang bawaan penonton secara jelas meski tersembunyi.
Petugas yang memeriksa pun tidak ada yang berasal dari polwan/perempuan. Ini tentu menjadi celah dimana sangat mungkin suar dan benda-benda terlarang lainnya disembunyikan di bagian vital penonton perempuan. Modus ini pernah terungkap oleh panpel salah satu klub besar di Indonesia, sehingga penggunaan Polwan penting