Motoyasu memutar-mutar tombaknya dan berpikir. "Kenapa kita nggak pakai senjata lain saja seraya senjata-senjata ini berkembang? Kayaknya bagus buatku."
Sepertinya itu ide yang bagus. Selain itu, aku terjebak dengan sebuah perisai yang mana sejak awal bukanlah sebuah senjata. Lebih baik aku cari senjata lain.
Ren memotong untuk mengklarifikasi, "Kita bisa melakukannya nanti. Saat ini, kita harus fokus meningkatkan diri kita sendiri seperti yang dikatakan raja."
Itu begitu menggiurkan! Kami adalah para pahlawan yang dipanggil dari dunia lain! Itu terasa seperti manga, tapi Otaku manapun akan melompat kegirangan pada kesempatan seperti ini. Jantungku berdetak kencang di dadaku, dan aku nggak bisa membuat diriku tenang. Sepertinya para Pahlawan lain disekitarku juga merasakan hal yang sama.
"Apa kita akan membentuk sebuah party? Kita berempat?"
"Tunggu sebentar, para Pahlawan."
"Hm?"
Saat kami bersiap untuk melakukan petualangan, sang raja berbicara lagi. "Kalian berempat harus pergi secata terpisah, untuk merekrut rekan kalian masing-masing."
"Kenapa begitu?"
"Menurut legenda," dia mulai, "Senjata-Senjata Legendaris yang kalian miliki akan saling mengganggu satu sama lain jika kalian berkelompok. Baik senjata kalian serta kalian sendiri hanya bisa berkembang ketika kalian terpisah satu sama lain."
"Aku nggak betul-betul paham semua itu, tapi kalau kami terus bersama, kami nggak bisa naik level kan?"