Mohon tunggu...
Muhammad Salman Alfarisi
Muhammad Salman Alfarisi Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Saat Brute Force Jadi Jagoan: Ketika Komputasi Ngaco, Jalan Ninja Lama Masih Ampuh!

15 Mei 2025   09:20 Diperbarui: 15 Mei 2025   09:20 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan jujur aja, banyak mahasiswa (dan dosen) lebih excited ngulik library terbaru daripada ngulik kenapa 0.1 + 0.2 != 0.3. Padahal, yang kayak gitu bisa jadi awal dari debugging berdarah-darah.

Software Canggih Bisa Salah, Bro

Yang paling mindblowing dari artikel ini adalah kenyataan bahwa bahkan software kayak MATLAB, Mathematica, sampai Maple pun bisa salah ngitung. Dan... nggak ngasih tau kalau dia salah. Wadidaw.

Contohnya waktu nyari nilai eigen dari matriks integer 2x2. Harusnya hasilnya gampang banget: angka 1 dua kali. Tapi pas dicoba, MATLAB malah ngasih hasil -0.39 dan 2.39. Lah? Bahkan determinant-nya pun salah. Yang bener 1, tapi dikasih 0.2214. Kalau lo bikin software kontrol pesawat pake nilai ini, siap-siap jadi berita utama.

Dan ini bukan cuma soal MATLAB ya. Ini soal cara kita memperlakukan software sebagai dewa, padahal dia cuma alat. Dan kadang, alatnya rusak. Jadi, kalau lo seorang developer, scientist, atau dosen yang doyan bilang "ah, tinggal pake lib-nya aja kok", coba deh introspeksi. Gimana kalau lib-nya salah?

Penutup: Balik ke Dasar, Jangan Cuma Ngoding Modal Library

Artikel ini bukan ngajarin kita buat balik ke zaman batu atau bikin semua kode dari nol. Tapi dia nyadarin kita, bahwa di balik API yang kelihatan aman dan framework yang kelihatan modern, ada layer yang rentan kalau nggak kita pahami. Apalagi kalau lo main di ranah kritis kayak flight control, kesehatan, atau keuangan. Jangan cuma andelin software canggih, tapi pahami cara kerjanya, termasuk kelemahannya.

Sebagai pengamat RPL, saya yakin banget bahwa kita perlu revolusi kecil: ayo bawa kembali diskusi soal numerik, soal representasi data, soal batas-batas logika mesin, ke ruang kelas dan ruang meeting. Jangan cuma pamer desain microservice, tapi juga ngerti gimana data lo diproses bit demi bit.

Dan jangan remehkan brute force. Kadang jalan ninja paling old school justru bisa nyelametin dunia (atau setidaknya, ngurangin bug di kode lo). Si brute force ini, kalau dipadu dengan pengetahuan yang dalam tentang mesin dan logika, bisa jadi alat bantu paling jujur dalam dunia yang penuh ilusi presisi ini.

Akhir kata: Kalau kamu programmer yang pernah nyumpahin program sendiri karena hasilnya "kok gini sih?!", mungkin udah saatnya lo kenalan lagi sama brute force. Si dia yang dulu kamu bully, sekarang bisa jadi sahabat sejati di saat algoritma canggihmu mulai error-error centil.

Reference

Konstantinov, M. M., Petkov, P. H., & Madamlieva, E. B. (2025). Brute force computations and reference solutions. Foundations, 5(1), 7. https://doi.org/10.3390/foundations5010007

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun