Mohon tunggu...
Luisa Devika
Luisa Devika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pergulatan Abadi

1 Oktober 2021   15:50 Diperbarui: 1 Oktober 2021   16:17 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://saranghaeindonesia.wordpress.com/

      Pemberian gambar di selang beberapa bab seperti yang terdapat pada halaman 3, 51, 122, 130 dan 237 juga merupakan suatu keunggulan dari novel tersebut karena dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai peristiwa yang sedang terjadi. Pilihan warna dalam sampul buku yang cukup mencolok juga dapat membawa ketertarikan tersendiri dalam buku. Ukuran, warna dan jenis font yang digunakan dalam novel juga sudah sesuai. Ukurannya tidak terlalu besar maupun kecil dan jenis font yang digunakan mudah untuk dibaca. Warna font yang digunakan yaitu hitam juga merupakan pilihan yang tepat sehingga mudah dibaca. 

      Setiap masuk bab atau bagian baru, buku ini tidak mencantumkan judul, melainkan hanya menuliskan "bagian kelima", keenam dan seterusnya. Menurut saya ini juga sangat unik karena mayoritas buku yang saya baca menuliskan poin yang akan dijelaskan dalam bab tersebut sebagai judul dari bab itu sendiri. Menurut saya ini adalah sebuah kelebihan karena dengan cara menuliskan seperti ini dapat membuat perhatian saya tidak teralihkan oleh judul dan tetap fokus pada topik ataupun alur cerita. Penggunaan warna kertas yang agak kekuningan juga menurut saya merupakan pilihan yang tepat karena tidak membuat mata saya cepat lelah saat membaca, terutama topik yang diangkat dalam novel tersebut bisa dibilang cukup berat dan serius.

       Kekurangan dalam novel tersebut dapat terlihat dari kaidah kebahasaannya. Beberapa kata yang seharusnya dimiringkan seperti "Marxisme", "park", "Amazone" dan ungkapan seperti "you see" dan "last but not least" karena merupakan istilah maupun ungkapan yang berasal dari bahasa asing (bukan berasal dari bahasa Indonesia). Adanya kata yang memiliki ejaan yang salah seperti "Pebruawari" yang seharusnya ditulis "Februari" dan juga "Amazone" yang seharusnya ditulis "Amazon". Kertas yang digunakan juga cukup tipis dapat mudah rusak seiring pemakaian. Kekurangan lainnya adalah novel ini susah untuk didapatkan dan jika adapun, persediaannya sangat terbatas. 

      Setelah membaca novel ini, saya sangat merekomendasikan novel ini untuk remaja diatas 17 tahun ataupun remaja. Karena, topik yang dibawakan dalam novel ini cukup berat dan memerlukan pemahaman lebih lanjut agar tidak salah paham dalam menginterpretasikan arti maupun moral cerita. Saya juga merekomendasikan buku ini kepada mereka yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi mengenai filsafat dan keyakinan/kepercayaan dalam agama. Mereka yang menyukai novel dengan topik serius juga sangat cocok untuk membaca buku ini karena novel ini mengajak para pembaca untuk ikut berpikir.

DAFTAR PUSTAKA

Mihardja, Achdiat Karta. 1949. Jakarta : Penerbit Balai Pustaka

Admin. Resensi Buku Novel Atheis di http://koranbogor.com/bogor-now/resensi-buku-novel-atheis/. Diakses pada Selasa 21 September 2021 pukul 14.20 WIB. 

Rhesi, Ningsih Elmia. Sinopsis Novel Atheis di https://saranghaeindonesia.wordpress.com/2012/04/11/sinopsis-novel-atheis-achdiat-k-mihardja/. Diakses pada Minggu 29 Agustus 2021 pukul 17.39 WIB.

Vina1076. Resensi Novel Atheis di https://brainly.co.id/tugas. Diakses pada Sabtu 18 September 2021 pukul 20.44 WIB. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun