Mohon tunggu...
luis andrew abraham
luis andrew abraham Mohon Tunggu... Mahasiswa - “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” – Nelson Mandela.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Montessori

28 Oktober 2021   21:11 Diperbarui: 28 Oktober 2021   21:52 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada beberapa tahun terakhir terdapat sebuah metode pembelajaran yang cukup mendapatkan banyak perhatian dan minat dari kalangan dunia pendidikan Indonesia. Metode pembelajaran yang ditemukan dan dikembangkan oleh seorang wanita berasal dari Italia yaitu Maria Montessori

Dari namanya kita langsung dapat mengetahui metode pembelajaran yang akan dibahas pada artikel kali ini, yakni metode pembelajaran Montessori. 

Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870 di kota Chiaravalle dan meninggal pada 6 Mei 1952 di kota Noorwijk aan Zee. Dengan latar belakang keluarga yang berkecukupan secara ekonomi, Maria Montessori mendapatkan pendidikan yang layak. Maria Montessori merupakan perempuan pertama yang diterima di sekolah kedokteran di Universitas Roma. 

Seiring dengan berjalannya karir dari Maria Montessori, pada tahun 1906 ia mendapatkan kesempatan untuk mengatur pendirian sekolah anak-anak di perkampungan yang kumuh. Pada akhirnya tahun 1907 didirikan sebuah sekolah untuk anak-anak usia tiga hingga enam tahun di San Lorenso, yang diberi nama "Casa Dei Bambini" (Rumah Anak-Anak). 

Perjalanan reputasi Maria Montessori sebagai pendidik sangatlah signifikan, hingga mampu menarik perhatian dunia pendidikan di negara-negara sekitar Italia dan bahkan sampai ke Amerika Serikat.

Pada awalnya Montessori merupakan asisten dokter di klinik penyakit jiwa Universitas Roma. Montessori banyak mempelajari orang-orang dengan gangguan jiwa dan semakin tertarik pada anak-anak dengan berkebutuhan khusus (idiot). Di sinilah awal mula Montessori menjadi semakin akrab dan merancang metode pendidikan khusus bagi anak-anak kecil. 

Montessori meyakini bahwa jika metode- metode yang diterapkan pada anak-anak berkebutuhan khusus diterapkan pada anak- anak normal, maka akan dapat mengembangkan dan memerdekakan kepribadian mereka. Pada akhirnya Montessori melakukan studi tentang pedagogi normal dan mulai mempelajari metode-metode pembelajaran yang digunakan di Eropa.

Metode Montessori digambarkan melalui idenya tentang bagaimana ia mengatur serta mendidik anak melalui observasi yang dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan dan budaya yang berbeda. 

Montessori beranggapan bahwa pendidikan pada anak harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak itu sendiri dan harus dirancang secara tepat dan spesifik. Observasi Montessori tentang tahap-tahap perkembangan anak akhirnya menemukan 4 tahapan utama dari metode Montessorinya. 

Tahapan pertama adalah The Absorbent Mind (0-6 tahun) yang diartikan sebagai pikiran yang mudah menyerap. Anak pada usia 0-6 tahun merupakan masa terbaik untuk menyerap segala pengalaman dari lingkungannya menggunakan panca indera yang dimiliki. 

Pada fase ini anak akan menyerap berbagai pengalaman tetapi tidak disadarinya. Fase pertama ini anak akan belajar akan gerakan serta menyerap bahasa serta budaya disekitarnya. 

Tahapan kedua adalah Rational Mind (6-12 tahun) dimana keterampilan serat kemampuan yang telah muncul dari dalam diri anak terus dikembangkan, dilatih, diperkuat, dan disempurnakan. Di sisi lain pada tahapan kedua ini anak akan belajar mengenai kondisi dunia abstrak. 

Tahapan ketiga adalah Humanistic Mind (12-18 tahun), dimana anak dilatih untuk memahami nilai-nilai kemanusiaan serta mampu berkontribusi pada lingkungan. 

Anak didorong untuk mampu memahami peran sosial dan ekonomi di masyarakat. Tahapan keempat adalah Specialist Mind (18-24 tahun) sudah tidak disebut sebagai anak melainkan orang dewasa yang mampu menemukan posisinya di tengah-tengah masyarakat.

Metode Montessori sangat menekankan pada peranan bermain dalam pembelajaran atau lebih dikenal sebagai "Learning through Play". Montessori meyakini bahwa bermain merupakan suatu kebebasan dan kegembiraan. Anak belajar secara spontan memilih aktifitas yang diinginkan serta berkreasi dengannya dan belajar untuk memecahkan masalah di dalamnya. 

Selain itu bermain dalam pandangan Montessori juga dapat belajar keterampilan sosial baru, bahasa baru, dan keterampilan fisik baru. Metode Montessori juga sangat mendorong anak dalam hal kemandirian. 

Anak-anak diberikan kebebasan serta memilih cara terbaik untuk membantu mencapai keterampilan yang diperlukan agar berhasil. Montessori dalam hal kemandirian menawarkan sebuah kurikulum yang disebut dengan "Exercise of Practical Life" (Latihan dari Kehidupan Praktis). 

Dalam kurikulum ini memberikan panduan kepada orang dewasa dalam mengawasi serta mengontrol lingkungan dimana anak tinggal dan bermain. Kegiatan dalam practical life mampu melatih perkembangan keterampilan motorik pada anak serta memperkaya kemampuan kosakata pada anak. 

Beberapa contoh kegiatan Practical Life adalah menyediakan alat nyata yang membuat anak yakin, melakukan dengan perlahan serta memberikan waktu untuk menyerap keterampilan tersebut dalam memberikan contoh untuk melakukan sesuatu, dan mengajak anak mengulang aktifitas sebanyak waktu yang mereka suka. 

Montessori dalam hal kemandirian anak, beranggapan bahwa seringkali orang tua mencoba untuk membantu terlalu banyak kepada anak dan hal itu merupakan cara yang salah dalam proses pembelajaran.

Montessori percaya bahwa setiap anak memiliki potensi alamiah atau kekuatan dari dalam dirinya untuk berkembang secara mandiri. Anak memiliki keingingan alamiah untuk belajar yang seiring dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan kesenangan. Dorongan alamiah ini akan terpenuhi dengan memberikan fasilitas seluas-luasnya kepada anak dengan berbagai aktifitas yang dikerjakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun