Mohon tunggu...
Luhut A Pandiangan
Luhut A Pandiangan Mohon Tunggu... Relawan - Invictus

Filsafat, Teologi, Sastra, Seni, dan Revolusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lentera Kata di Titik Ini

19 September 2019   22:12 Diperbarui: 19 September 2019   22:20 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berpikir terus terusan membuatku lelah, atas hal hal yang cukup membingungkan, membuatku tersentak berhenti. Terkadang ada koma yang membuatku ingin menelusuri jejak langkah selanjutnya. 

Aku bermeditasi saat titik tercaplok negatif dikala aungan macan mengancam hati seseorang. Bertanya mengapa aku saat ini? Kuharap kau mengerti atas hal yang terjadi! Hati ini ricuh tak menentu.

Terkembang layar di laut, mengebas sayap terliuk di angkasa, menancap lari mobil off road, sedang aku berjalan lambat menghayati hidup dan menghampiri inspirasi. Bukit indah nan keren di balik desa bisa kalah akan pancaran bias pelangi sehabis hujan, bintang gemintang pun menaungi cerita senja sehabis minum kopi, meresapi kehidupan indie.

Aku tak pandai bersandiwara ditengah keras pahitnya panggung pentas kehidupan. Kebebasan yang menjalar dan tanpa batas semakin merasuk wakil penguasa di pusat kota itu, begitu juga yang dibawahnya mengikut. Sekitarku sudah ikut arus. Aku tak sanggup tersenyum jika hati nuraniku lelah melihat kepalsuan, penyimpangan, dan kesenjangan. 

Simpati dan empati melihat ketidakadilan, aku ingin lebih dari sekadar revolusi, sadar berpikir dan bertindak. Kumulai dari diriku dan tentu tidak terlihat hasilnya jika hanya aku yang melakukannya. 

        Aku harus berjalan terus, terus, dan terus berjalan, karena jika mundur dan berhenti, satu kata yang mendefinisikannya, hancur.

* * * *

Serius aku tidak tahu apa apa, dunia ini terlalu luas dan terlalu dalam misterinya. Mancari jawaban itu tidak mudah, perlu perenungan filosofis. Seribu jawaban tidak salah, tidak perlu tergesa gesa mencari kebenaran itu. 

Ketika aku mendapat suatu jawaban yang baru, aku tidak berpindah dari salah menjadi benar, hanya saja dari salah menjadi sedikit salah. Itulah proses yang aku jalani, mencoba mendapat kebenaran tanpa pernah mencapai sebenarnya. 

Memang tak kusadari, dari kecil hingga sekarang aku masih saja melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang lain. Masih mencoba membayangkan bagaimana teknologi tercipta, bagaimana alat musik itu ada, bagaimana tatanan sistem masyarakat terbentuk, dan bagaimana mengungkapkan sesuatu menjadi tulisan dan lisan. Mencipta tidak mudah, paling paling aku hanya dapat berinovasi, itu saja sudah cukup sulit.

Kuraih dan kugenggam gawai, ku buka media sosial dan melihat informasi dari yang kulihat yaitu kabar berita, kata motivasi, ideologi, berdikaribook, bahasa inggris, influencer, kutipan buku, filsafat, dan sastra. Kuraih kata kata itu dari mata turun ke hati, naik ke otak. Cara yang bisa memperdalam self improvement. Seseorang lebih jujur dalam mengungkapkan kapasitasnya saat memakai internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun