Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mengapa Jalur Cibatu-Garut Harus Diaktifkan Kembali?

4 Oktober 2021   09:19 Diperbarui: 4 Oktober 2021   09:20 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan Stasiun Garut yang baru. (Sumber: Instagram/garutrailfans)

Jalur kereta api yang menghubungkan antara Stasiun Cibatu dengan Stasiun Garut kini telah diselesaikan. Masyarakat nampaknya sudah mulai tidak sabar menanti kapan datangnya kereta api penumpang reguler di lintas yang sempat mati selama kurang lebih 38 tahun itu.

Jalur Cibatu-Garut sebenarnya sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Jalur ini merupakan bagian proyek kereta api di Preanger (sekarang Jawa Barat). Lintas itu sendiri merupakan segmen (bagian dari) proyek jalur kereta api yang menghubungkan Cicalengka-Garut.

Proyek tersebut kemudan digarap oleh perusahaan kereta api negara Staatspoorwegen Westerlijnen dan pada 14 Agustus 1889 jalur Cicalengka-Garut sepanjang 51 km pun dibuka untuk umum. Karena proyek digarap oleh Staatspoorwegen, maka operator kereta api yang beroperasi di lintas tersebut juga adalah Staatspoorwegen.

Terdapat beberapa alasan mengenai pembuatan jalur kereta api di Jawa Barat yang dilakukan oleh Hindia Belanda pada masa itu. Pertama, karena potensi sumber daya alam yang ada di sana. Jawa Barat terkenal dengan hasil buminya yang memiliki nilai jual.

Sebelum ada jalur kereta api, waktu pengiriman hasil bumi dari wilayah Jawa Barat menuju Pelabuhan Tanjung Priok untuk diekspor membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar 10 bulan. Dengan adanya jalur kereta api yang dibuat, waktu pengiriman yang lama itu bisa dipangkas menjadi beberapa jam saja.

Alasan berikutnya adalah karena keindahan alam yang ada. Hal ini bisa mendatangkan manfaat ekonomi di bidang pariwisata. Sebut saja salah satunya aktor Inggris, Charlie Chaplin yang pernah berwisata di Garut pada tahun 1932. Alasan-alasan tersebut yang juga turut mendasari jalur Cicalengka-Garut kemudian dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui Staatspoorwegen.

Saat masih beroperasi, jalur Cibatu-Garut bisa dikatakan sangat ramai dengan angkutan barang maupun penumpang. Data dari Djawatan Kereta Api (DKA/sekarang Kereta Api Indonesia/KAI) di tahun 1950-1953 menunjukkan tren peningkatan pada angkutan barang dan penumpang. Khusus lintas Cibatu-Garut saja, setiap tahunnya ada ratusan penumpang dan ribuan kilogram barang yang diangkut melalui jalur tersebut.

Stasiun Garut menjadi stasiun tersibuk yang mengangkut sekitar 358 ribu penumpang pada tahun 1950 dan meningkat menjadi 504 ribu penumpang pada tahun 1953. 

Diurutan kedua tersibuk ada Stasiun Wanaraja yang mencata telah mengangkut 130 ribu penumpang pada tahun 1950 dan meningkat menjadi 178 ribu penumpang pada tahun 1953.

Jika diambil rata-rata hariannya, maka pada tahun 1953 terdapat 1.380 penumpang per hari yang menggunakan kereta api dari Stasiun Garut dan 488 penumpang dari Stasiun Wanaraja. Melihat catatan statistik tersebut, bisa dibayangkan sesibuk apa jalur Cibatu-Garut saat masih beroperasi dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun