Biasanya pengantin akan dibuatkan panggung khusus dan duduk berdampingan untuk disawer.
Sedangkan, dalam khitanan biasanya tidak di bawa sambil menari, karena menyesuaikan dengan konsep yang bertemakan religi.
Lalu, apa sih uniknya?
Kokocoran mungkin bisa dibilang mirip dengan saweran. Namun, yang membedakan Kokocoran dengan saweran ialah dari segi waktu, etika, dan musik.Â
Jika saweran dilakukan kepada siapa saja pada penyayi di atas panggung, maka Kokocoran hanya dilakukan pada orang yang memiliki hajatan dan dilaksanakan saat ada acara tertentu misal pernikahan dan khitanan.
Syarat dari Kokocoran ialah wajib sadar etika, dilarang keras adanya pelecehan dalam Kokocoran karena Kokocoran dilaksanakan dalam bentuk sakral. Silahkan bebas nyawer tapi harus memenuhi standar moral yang telah ditetapkan.
Nah, yang paling unik itu adalah musiknya, siapa coba yang tidak candu ketika mendengar musik khas Kokocoran?
Bahkan nih ya, banyak sekali yang tidak bisa berhenti menari, atau masyarakat Kangean menamakannya dengann "Bujhuk" untuk menghetikan tariannya harus ada proses yang sakral juga untuk mengobatinya.
Senandung lagu "Akitik lek akitik" dan " Agoyang lek agoyang" bisa menggiyurkan para pendengarnya untuk menari.Â
Kolaborasi antara lagu dan musik itulah yang membuat siapa saja tidak bisa menahan diri untuk menari. Baik dari kalangan orang tua, anak-anak, bahkan remaja.
Alat musik yang digunakan biasa disebut "Kendhang dumi", yang mana alat musik tersebut mengeluarkan suara yang khas.