Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ambalat: Kerjasama Ekonomi dan Resolusi Konflik Kontemporer

4 Juli 2025   00:06 Diperbarui: 4 Juli 2025   00:06 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://mediaindonesia.gumlet.io/news/2025/07/03/1751511557_857feed01233d7907350.jpg?w=376&dpr=2.6

Kepentingan strategis tidak hanya soal sumber daya alam. Blok Ambalat terletak di jalur maritim penting, dengan implikasi keamanan dan ekonomi yang signifikan. Kerja sama ini berpotensi menjadi model resolusi konflik maritime di kawasan Asia Tenggara.

Tantangan

Tantangan utama ke depan adalah implementasi teknis. Mekanisme joint development membutuhkan kerangka hukum yang kompleks, pembagian keuntungan yang adil, serta sistem pengawasan bersama yang transparan. Kedua negara harus mampu mengatasi perbedaan dalam rezim hukum dan praktik industri migas.

Secara geopolitik global, kesepakatan ini mengirim sinyal penting. Di tengah ketegangan internasional yang meningkat, Indonesia-Malaysia menunjukkan bahwa dialog dan kerja sama ekonomi dapat menjadi alternatif penyelesaian konflik. 

Ini bertentangan dengan kecenderungan eskalasi militer yang kerap terjadi di kawasan lain.

Kesepakatan kedua negara mengindikasikan pentingnya "daya tahan sistemis" dalam menghadapi ketidakpastian global. Ambalat menjadi contoh nyata bagaimana ketahanan nasional tidak selalu berarti pertahanan militer, melainkan kemampuan beradaptasi dan bernegosiasi.

Bagi Indonesia, kesepakatan ini memiliki dimensi politis yang mendalam. Ini menunjukkan kapasitas diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo untuk mengubah narasi konflik menjadi peluang kerja sama. Pendekatan ini konsisten dengan semangat "Bebas Aktif" dalam politik luar negeri Indonesia.

Ke depan, model resolusi konflik seperti Ambalat berpotensi menjadi blueprint penyelesaian sengketa wilayah di kawasan. Ia membuktikan bahwa kepentingan ekonomi dapat menjadi "perekat" hubungan antarbangsa yang lebih efektif daripada sekadar negosiasi diplomatik konvensional.

Ambalat bukan sekadar tentang minyak dan gas. Ia adalah metafora tentang masa depan diplomasi: fleksibel, pragmatis, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun