Jika ada tekanan pada nilai tukar, pemerintah dan bank sentral harus memiliki strategi yang jelas untuk menstabilkannya, baik melalui intervensi pasar maupun kebijakan ekonomi lainnya. Â
Lalu, keempat, Indonesia harus mengurangi ketergantungan pada modal asing. Defisit transaksi berjalan harus dijaga agar tetap dalam batas aman, dan sumber pendanaan domestik harus diperkuat.Â
Dengan memiliki ekonomi yang lebih mandiri, Indonesia bisa lebih tahan terhadap guncangan eksternal dan tidak mudah terguncang oleh arus modal keluar. Â
Terakhir, kelima, perlu transparansi dan tata kelola yang baik adalah faktor yang tidak bisa diabaikan. Investor global tidak hanya melihat kondisi ekonomi suatu negara, tetapi juga bagaimana pemerintah mengelola anggaran dan menangani isu-isu seperti korupsi.Â
Pemerintah harus terus meningkatkan transparansi dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil didasarkan pada kepentingan jangka panjang, bukan hanya untuk keuntungan politik sesaat. Â
Pengalaman Turki menunjukkan bahwa krisis ekonomi itu bukan sekadar masalah lokal, tetapi juga pelajaran bagi negara lain, termasuk Indonesia. Ketidakstabilan politik, kebijakan ekonomi yang tidak tepat, serta kepercayaan pasar yang goyah bisa menjadi pemicu bencana ekonomi.Â
Apalagi Indonesia juga pernah mengalami sendiri krisis ekonomi 1997 yang diikuti krisis politik 1998. Memang kondisi ekonomi dan politik Indonesia sekarang diperkirakan berbeda dengan Turki.
Namun mengabaikan keterkaitan ekonomi dan politik bukanlah langkah bijak. Berbagai demostrasi, ketidakpuasan politik, turunnya harga saham bisa saja menjadi faktor penting.Â
Indonesia harus belajar dari pengalaman Turki dengan memastikan bahwa kebijakan ekonomi tetap rasional, stabilitas politik terjaga secara demokratis, dan kepercayaan investor tidak terganggu.Â
Sumber: