Menjelang pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN, kawasan Asia Tenggara kembali dihadapkan pada dinamika geopolitik yang semakin kompleks.Â
Persaingan antara blok BRICS yang dipimpin China-Rusia dengan negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat semakin menunjukkan karakteristik Perang Dingin baru. Dalam situasi itu, ASEAN dipaksa untuk lebih cermat dalam menentukan posisinya. Apalagi, beberapa anggota ASEAN berminat bergabung ke BRICS.
Polarisasi global antara BRICS dan negara-negara Barat itu berbeda dengan Perang Dingin masa lalu di era 1947-1991. Jika dulu pertarungan ideologi menjadi garis pemisah yang tegas, kini batas-batas itu menjadi lebih cair. Salah satu penyebabnya adalah interdependensi ekonomi yang kompleks.Â
BRICS, sebagai alternatif dari dominasi Barat, menawarkan narasi "dunia multipolar" yang menggemakan aspirasi negara-negara Global South, termasuk anggota ASEAN. Setelah negara-negara Barat memberikan kompleksitas tersendiri, kutub BRICS memberikan peluang manfaat baru bagi negara-negara itu.
Bagi ASEAN, situasi ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi kawasan masih sangat bergantung pada investasi dan pasar Amerika Serikat serta sekutunya.Â
Di sisi lain, China sebagai motor ekonomi BRICS telah menjadi mitra dagang terbesar bagi mayoritas negara ASEAN. Belum lagi, inisiatif Belt and Road (BRI) China telah menciptakan ketergantungan infrastruktur di beberapa negara anggota.
Memang China belum bisa sepenuhnya mendapatkan trust di antara negara-negara di Asia Tenggara. Meningkatnya kerja sama ekonomi dengan China ternyata tidak serta merta menurunkan provokasi militer China di lawasan Laut China Selatan.Â
Lalu, Indonesia, sebagai primus inter pares di ASEAN, telah menunjukkan bagaimana menyikapi situasi ini. Melalui politik luar negeri bebas-aktif, Indonesia berupaya membangun hubungan konstruktif dengan kedua blok tanpa harus memihak salah satunya.Â
Pendekatan ini, yang mencerminkan semangat ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) layak menjadi model bagi kawasan. ASEAN diharapkan selalu mendorong  AOIP itu sebagai aturan bersama bagi stabilitas regional di kawasan.