Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

56 Tahun ASEAN: Ujian bagi Kohesivitas dan Integrasi Regional

8 Agustus 2023   20:31 Diperbarui: 9 Agustus 2023   07:32 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi daftar 11 negara anggota ASEAN(Shutterstock/Tawin Mukdharakosa via Kompas.com)

Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) menapaki usia ke-56 pada 8 Agustus 2023 ini. Sejak didirikan pada pada 1967, ASEAN telah membuktikan kemampuannya untuk mendorong kohesivitas dan integrasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara di tengah persaingan kuat antara kepentingan global dari Amerika Serikat (AS), China, dan Rusia.

Fokus utama ASEAN pada kohesivitas dan integrasi regional telah menjadi elemen kunci yang memungkinkan kelangsungan dan relevansi organisasi regional ini dalam menghadapi kompleksitas tantangan dunia pada saat ini. 

Untuk itu, ASEAN diharapkan dapat meningkatkan inisiatif kerja sama secara erat dan saling percaya agar dapat menjadi lokomotif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. ASEAN harus terus memainkan peran sentralnya dan dapat terus relevan.

Kohesivitas

Salah satu faktor determinan bagi ASEAN untuk mampu bertahan hingga kini adalah kohesivitasnya. Faktor itu dibuktikan oleh kenyataan mengenai kemampuan ASEAN membuktikan bahwa perbedaan kebudayaan, bahasa, dan kepentingan ekonomi-politik di antara negara-negara anggotanya ternyata mampu membuat ASEAN memelihara persatuan dan kebersamaan.

Achmad Ibrahim/AP Photo via detik.com
Achmad Ibrahim/AP Photo via detik.com

Kohesivitas ASEAN terbentuk melalui kerangka kerja diplomasi yang mengedepankan dialog, konsensus, dan penyelesaian konflik melalui jalur damai. ASEAN juga telah memiliki lagu resmi, bendera, dan sekretariat bersama. Bahkan Kedutaan Besar (Kedubes) negara-negara anggota ASEAN juga memasang bendera ASEAN di samping bendera negara masing-masing.

Hingga 2023 ini, ASEAN mampu menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya mengatasi berbagai krisis global dan regional. Kapasitas ASEAN terletak pada kemampuan ASEAN merespon berbagai isu internasional dan regional melalui sikap bersama. Sedangkan kapabilitas ASEAN tampak pada kemampuannya menjalankan kebijakan regionalnya.

Tantangan seperti krisis ekonomi 1997, pandemi Covid-19, konflik Rusia-Ukraina, serta rivalitas Amerika Serikat (AS)-China, telah membuktikan kemampuan ASEAN untuk tetap bersatu dalam menghadapi perubahan yang cepat dan mendalam. 

Meskipun setiap negara anggota ASEAN memiliki perbedaan sikap mendasar pada berbagai persoalan regional dan internasional, namun mereka mampu mencapai kesepakatan bersama di tingkat ASEAN.

Dalam konteks itu, ASEAN telah memainkan peran penting sesuai dengan prinsip sentralitas dan netralitasnya di tengah pusaran persaingan kepentingan negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara.

Dinamika Persaingan Global

Persaingan kepentingan global antara AS, China, dan Rusia telah membawa dampak signifikan terhadap ASEAN. Di tengah persaingan ini, ASEAN harus mempertahankan posisinya sebagai penghubung dan mediator yang netral, sehingga tidak terjebak dalam konflik yang dapat membahayakan stabilitas dan perdamaian regional.

Amerika Serikat dengan ambisinya sebagai kekuatan dominan di arena global, memiliki pengaruh yang kuat di kawasan Asia Tenggara. Walaupun tidak lagi hadir sebagai kekuatan hegemonik (hegemonic power) seperti pada masa Perang Dingin, pengaruh AS di antara negera-negara anggota ASEAN masih sangat kuat.

Pada saat yang sama, China juga muncul sebagai kekuatan ekonomi dan politik-militer yang semakin berpengaruh. Investasi besar dan pengaruh diplomasi China semakin meluas di wilayah Asia Tenggara. 

Kehadiran China melalui klaim unilateral (sepihak) di perairan Laut China Selatan (LCS) telah memancing konflik dan perbedaan pandangan di antara negara anggota ASEAN.

Di sisi lain, Rusia juga mencari peluang untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik. Perkembangan kontemporer mengenai perang Rusia-Ukraina telah memantik perbedaan sikap di kawasan ini. 

Indonesia dan Singapura, misalnya, telah menyikapi perang itu secara berbeda, walaupun kedua negara itu sama-sama pendukung Resolusi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di awal Maret 2023.

Menghadapi persaingan ini, ASEAN tetap berpegang pada prinsip dasarnya, yaitu sentralitas dan netralitas. Dengan cara, ASEAN lebih mengutamakan perdamaian dan kerjasama yang saling menguntungkan untuk semua pihak, sambil menjaga kemerdekaan dan kedaulatan masing-masing negara anggota. 

Cara atau strategi ASEAN menyikapi kepentingan AS, China, dan Rusia di kawasan Asia Tenggara cenderung berbeda dengan organisasi regional di Eropa, misalnya NATO atau Uni Eropa.

Integrasi ASEAN

Faktor lain yang telah membantu menjaga kohesivitas ASEAN di tengah kompleksitas persaingan global adalah integrasi. 

Mekanisme dialog dan kerja sama ASEAN+3 (ASEAN ditambah Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan), ASEAN Regional Forum (ARF), dan East Asia Summit (EAS: ASEAN, AS, China, dan Rusia) telah memperlihatkan manfaatnya dalam mengurangi ketegangan dan, sekaligus, meningkatkan pemahaman antara negara-negara anggota.

Integrasi ekonomi ASEAN juga menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi persaingan global. Melalui ASEAN Economic Community (AEC), negara-negara anggota telah menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang lebih besar (regional supply chain), meningkatkan daya saing dan menarik investasi asing di kawasan ini.

Faktor integrasi ini telah mendorong anggota ASEAN mampu saling melengkapi dalam perekonomian regional. Selain AEC, negara-negara anggota ASEAN juga bergabung dengan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang diinisiasi China. 

Sedangkan sebagian negara anggota ASEAN bergabung dengan Trans-Pacific Partnership (TPP) yang diinisiasi AS (pada masa Presiden Donald Trump, AS keluar dari TPP). Kenyataan itu menjadikan ASEAN sebagai kekuatan ekonomi yang signifikan di tingkat global.

Tantangan dan Peluang

Kohesivitas ASEAN juga menghadapi tantangan internal. Perbedaan sikap dan kepentingan nasional antara negara-negara anggota masih dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Terlebih lagi, ketika menghadapi situasi seperti krisis politik di Myanmar, perbedaan pandangan bisa menjadi hambatan bagi upaya bersama.

Mengenai Myanmar, perbedaan pendekatan dalam mengatasi krisis memang tampak di antara Thailand dengan Indonesia. Namun demikian, tantangan ini juga membawa kesempatan untuk memperkuat kohesivitas dan solidaritas regional. 

Pada pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN pada pertengahan Juli lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia mengajak Thailand dan negara-negara lain untuk bekerja bersama dalam kerangka 5 Poin Konsensus ASEAN yang telah disepakati bersama pada awal 2020.

Melalui dialog terbuka dan kerja sama yang lebih erat, ASEAN diyakini mampu membangun pemahaman yang lebih baik tentang posisi masing-masing dan mencari solusi bersama dalam mengatasi perbedaan pandangan. 

Dengan mengedepankan kerja sama dan mengatasi perbedaan, ASEAN dapat terus menjaga relevansinya sebagai kekuatan kohesif di tengah persaingan global yang semakin kompleks. 

Di usia 56 tahun ini, ASEAN diharapkan semakin memahami potensi kemampuan dan persoalan regional di kawasan ini, sehingga ASEAN dapat menjadi salah satu kekuatan regional di antara organisasi regional lainnya di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun