Mohon tunggu...
Luci Maya
Luci Maya Mohon Tunggu... -

seperti kata Descartes, "Cogito ergo sum..... Aku berpikir, maka aku ada.." Bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa kita adalah manusia yang bisa berpikir..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Es Kacang Merah, Minuman Tradisional di Tengah Serbuan Minuman Kekinian

17 Juni 2017   13:02 Diperbarui: 17 Juni 2017   14:32 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumpul demi Es Kacang Merah (dokumen pribadi)

Kebetulan waktu itu sedang di jalan menuju bandara hendak menjemput suami, tiba-tiba dapat telepon "Yuk, mau enggak minum es kacang merah? Ini kami lagi kumpul kebetulan ada Tante yang baru kedatangan anaknya dari Jakarta, nanya tempat minum es kacang merah yang enak. Jadi kami mau minum es kacang merah. Kalau mau langsung aja nyusul ya!".

"Ya,mau dong! Ok nanti nyusul". Es kacang merah adalah salah satu minuman kesukaan saya, jelas saya mau. Jangan menolak rejeki. Gratis lagi. Begitulah yang tadinya tidak terpikir mau minum es kacang merah, akhirnya jadi kepingin. Perjalanan ke bandara pun jadi melenceng dulu...hehe. Lagi pula yang mau dijemput mungkin masih di atas awan. Belum mendarat.

Sampai di tempat, gelas-gelas es kacang merah mereka sudah pada kosong. Sudah pada habis, cepat juga mereka makan dan minumnya. Ada pempek juga, makanan khas 'WongPalembang'. Saya pun langsung memesan es kacang merah dengan tidak sabar menunggu. Dua orang anak gadis saya yang cantik-cantik pun saya tawarin es kacang merah. Di luar dugaan ternyata mereka menjawab 'tidak'. Mereka enggak mau alias juga enggak suka. Waduh! Berbanding terbalik dengan mamanya yang sangat suka es kacang merah yang memang cukup dikenal, maklum lidah zaman dulu. Lidah yang hanya mengenal es kacang merah, es cincau, es tape, es campur...! 

Saya pun jadi merasa ada 'sambungan' yang terputus, kenapa anak-anak muda sekarang kurang suka minum es kacang merah. Karena ketidaksukaan itu bukan hanya ada pada dua anak gadis saya, tetapi juga pada anak-anak muda lainnya. Mereka ternyata justru lebih senang minum minuman 'kekinian' seperti chatime, moocha, thaitea, sharetea, dumdum...dan banyak lagi jenis minuman yang sama dengan berbagai nama yang juga kekinian karena baru dengar sekarang-sekarang ini. 

Minuman-minuman ini begitu banyak tersebar hampir di semua 'mall' ada. Sangat mudah dicari. Berbeda dengan es kacang merah yang  hanya ada di tempat-tempat tertentu saja, mungkinkah ini menjadi salah satu penyebab kurang mengenalnya 'lidah' anak muda sekarang terhadap rasa es kacang merah? Tidak mengenal maka jadi tak 'suka'? Padahal 'Es Kacang Merah', dinobatkan sebagai salah satu minuman tradisional terpopuler Kota Palembang di Festival Pariwisata Terpopuler seperti yang tampak di situsnya 

http://ayojalanjalan.com/vote/index.php/minuman-tradisional-terpopuler.
http://ayojalanjalan.com/vote/index.php/minuman-tradisional-terpopuler.
Makanan dan minuman berhubungan sekali dengan 'citarasa' orang per orang. Tiap-tiap orang memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Ada yang lebih suka manis, ada yang lebih suka asin, ada juga yang suka rasa pedas yang sangat-sangat pedas. Jadi suka atau tidak suka bukanlah suatu masalah. Terpenting adalah bagaimana melestarikan es kacang merah dari generasi kegenerasi sebagai minuman tradisional terpopuler di kota Palembang di tengah serbuan beragam macam minuman kekinian.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun