Mohon tunggu...
Nur Rahma
Nur Rahma Mohon Tunggu... wiraswasta -

Perempuan dgn karakter zodiak virgo dan bershio ular. Mengaku dirinya peduli lingkungan. suka menulis dan pembaca setia sastra lama. Menekuni bidang ilmu hukum dalam kehidupan nyatanya. |Twitter: @lucerahma |IG @nurrachma25 |Blog puisi: lucerahma.tumblr.com |Domisili: bojong gede,bgr.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengambil Alih Penulisan Buku Pelajaran oleh Guru

21 November 2014   20:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

|Opini by: lucerahma|

Terhadap peranan pentingnya guru menulis. Ada sebuah artikel yang menjadi sorotan di forum diskusi online. Artikel itu milik Saiful Aman Ghofur, yang menarik buat saya karena dalam tulisan itu, Ia mempertanyakan, Benarkah setiap penerbit memiliki misi terselubung?

Pertanyaan serupa akan muncul seiring banyaknya kasus buku-buku pelajaran sekolah hasil terbitan perusahaan penerbit nasional ditenggarai banyak bermasalah. Permasalahan muncul karena beragam alasan, biasanya buku-buku pelajaran sekolah itu memuat isi yang mengandung unsur pornografi yang dianggap mengenalkan simbol-simbol yang bertendensi negatif kebada siswa. Baik melalui gambar atau tulisan. Mengandung unsur pembodohan, Juga mengandung unsur hara, dimana sebagian kasus bahkan dianggap memicu prilaku penyimpangan dan pelecehan terhadap nilai-nilai agama.

Tidak sedikit kasus-kasus semacamnya. Kasus itu mencuat biasanya juga atas adanya laporan pihak dari sekolah. Sebagai tindakan lanjut pelaporan itu. Buku-buku pelajaran sekolah yang tidak sesuai biasanya akan ditarik dari toko buku nasional oleh penerbit. Buat saya, letak kekhawatiran pada banyak kasus serupa. Seperti pada November 2006, Paguyuban Guru Ulang Karang, Sumut yang melakukan somasi terhadap penerbit nasional yang bukunya dianggap bermasalah. Dan seperti yang baru-baru terjadi di sekolah di Bandung.

Untuk itu, janganlah terjebak ikut mempertanyakan sesungguhnya apa misi terselubung penerbit? Karena kalau kita terjebak, tentu kita hanya akan menyoroti kesalahan-kesalahan pada lemahnya mekanisme kerja dan daya kontrol penerbit buku sekolah saja. Kesalahan yang pada ujungnya di limpahkan pada tanggungjawab si editor penerbit. Hingga diperlukan kembali evaluasi, kontrolisasi, management lebih ketat, lain-lain. Dan selesai hanya sampai disitu.

Padahal kenyataannya tidak. Kasus buku-buku pelajaran sekolah yang bermasalah itu harusnya menjadi pengingat bagi akademisi dalam hal ini termasuk tenaga pendidik yaitu guru. Sedianya harus bisa mengambil alih menyediaan ilmu kedalam buku bagi para generasi mendatang yakni, siswa-siswinya kedalam tanggungjawabnya. Bukan dialihkan ke tangan penerbit.

PENTINGNYA GURU MENULIS

Jangan jadikan matinya buku-buku pelajaran yang berkualitas itu benar-benar terjadi. Keberadaan kasus tersebut harusnya mampu memicu keinginan. Sudah waktunya tenaga pendidik atau Guru harus menulis sendiri materi yang akan di ajarkan kepada siswa-siswinya sesuai dengan perkembangan arus ilmu dan teknologi peradapan dunia. Lewat menulis materi pelajaran. Melalui buku, Guru bisa mengakomodir potensi lokal yang harusnya masuk menjadi implementasi disetiap buku pelajaran siswa. Yang tentu kesemuanya harus sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tiap Satuan Pendidikan (KTSP) yang resmi berlaku sejak tahun ajaran 2007/2008. Dan juga harus mengacu kepada Badan Standar Nasional Pendidikan.

Pentingnya guru menulis tidak hanya untuk mengganti peranan penerbit untuk mem-peta-petakan materi ilmu yang akan diajarkan di sekolah, tapi juga berguna untuk memenuhi kebutuhan guru itu sendiri. Bisa sebagai ajang kompetisi untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Bisa sebagai penguat tenaga profesionalisme sebagai tenaga pengajar. Dan bisa menjadi media pengkaryaan keahliannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun