Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Homeschooling: Cara Saya Merdeka tentang Pendidikan Anak

24 Agustus 2025   21:03 Diperbarui: 25 Agustus 2025   08:40 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Homeschooling = Merdeka Belajar?

Pertama, anak belajar sesuai minat dan bakat

Seorang anak yang suka menggambar, tidak dipaksa jago matematika. Yang hobi sains bisa fokus eksperimen tanpa harus takut nilai Bahasa Indonesia-nya turun. Jadi, proses belajar diarahkan pada apa yang anak suka dan bisa.

Kalau dari pengalaman saya pribadi, selama proses homeschooling, saya tidak memaksakan materi yang belum atau tidak diminati anak. Ketika para orang tua bingung membahas les calistung kepada anak-anak balitanya, saya tidak melakukannya.

Saya memilih mendukung hobinya bersepeda saja, yang sudah jelas-jelas dia suka. Namun ketika anak mulai menunjukkan minatnya berhitung, saya pun auto gas pol!

Kedua, waktu belajar bisa diatur sendiri

Tidak semua anak bisa fokus jam 7 pagi. Ada yang baru "on" jam 10 pagi, dan itu tidak masalah di homeschooling. Anak bisa belajar di waktu terbaiknya, bukan waktu yang ditentukan oleh sistem.

Sebut saja anak saya. Dia tidak bisa lho kalau diajak belajar jam 7 pagi seperti anak-anak sekolah pada umumnya. Biasanya, dia baru mau duduk manis dan fokus belajar baru pukul 11 siang. Bahkan tak jarang, pukul 9 malam, dia bilang, "Mam, baca buku ini yuk!". Karena sudah komitmen dengan homeschooling, ya tetap saya iyakan ajakannya.

Ketiga, evaluasi yang manusiawi

Tidak ada ujian standar yang bikin stres dan pusing kepala, apalagi sampai badan tumbang. Evaluasi dilakukan lewat diskusi, karya nyata, atau portofolio. Anak belajar bukan untuk nilai, melainkan untuk paham konsep. Saya pernah membahasnya juga di sini.

Keempat, lingkungan belajar yang aman dan suportif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun