Pernahkah kamu merasa tertekan, cemas, atau lelah setelah seharian bekerja dan tiba-tiba merasa ingin melahap seluruh camilan di rumah? Atau mungkin kamu sering merasa lebih tenang setelah makan makanan manis atau makanan cepat saji ketika sedang stres? Jika iya, maka kamu tidak sendirian. Inilah yang dikenal dengan stress eating atau makan karena stres.
Namun, meskipun makan bisa memberi kenyamanan sementara, kebiasaan ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita dalam jangka panjang. Yuk, kita pelajari lebih dalam tentang apa itu stress eating, mengapa bisa terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya!
Apa Itu Stress Eating?
Stress eating adalah kebiasaan makan sebagai cara untuk mengatasi stres, bukan karena kita merasa lapar. Ketika kita menghadapi masalah atau perasaan cemas, tubuh kita cenderung mencari pelarian, dan bagi banyak orang, makanan menjadi solusi instan. Makanan manis, berlemak, atau yang tinggi kalori sering kali menjadi pilihan, karena bisa memberikan perasaan nyaman atau rileks sementara berkat pelepasan hormon dopamin dan serotonin dalam tubuh.
Sayangnya, meskipun memberikan rasa lega sementara, kebiasaan ini bisa berakibat negatif bagi tubuh kita dalam jangka panjang.
Mengapa Kita Cenderung Makan Saat Stres?
Ada beberapa alasan mengapa kita jatuh ke dalam jebakan stress eating, dan seringkali, itu semua berkaitan dengan emosi yang kita alami. Berikut ini beberapa penyebabnya:
Mencari Kenyamanan
Ketika hidup terasa berat atau penuh tekanan misalnya, masalah di kantor, hubungan yang kurang harmonis, atau beban kehidupan lainnya makanan seringkali menjadi cara tercepat untuk merasa lebih baik. Kue, cokelat, atau makanan yang digoreng bisa memberikan "pelarian" singkat yang membuat kita merasa lebih tenang.Kebiasaan Lama
Banyak dari kita yang tumbuh dengan kebiasaan mengasosiasikan makanan dengan kenyamanan. Misalnya, saat kecil kita mungkin diberi permen atau camilan saat merasa sedih atau stres. Kebiasaan ini, meskipun tidak disadari, bisa terbawa hingga dewasa.Hormon Stres
Ketika kita stres, tubuh kita melepaskan hormon kortisol yang meningkatkan rasa lapar dan keinginan untuk makan lebih banyak. Terlebih lagi, hormon ini memengaruhi cara tubuh kita memproses makanan, cenderung meningkatkan hasrat untuk makan makanan tinggi kalori yang memberi energi instan.Pola Pikir yang Salah
Kadang-kadang, kita tidak tahu cara lain untuk menghadapi stres selain makan. Tanpa keterampilan coping yang sehat, makanan menjadi jalan pintas untuk meredakan kecemasan atau tekanan yang kita rasakan.