seorang instructional designer kalo tidak memiliki kahlian dalam merancang pembelajaran, maka keahliannya diragukan. karena, tanpa keahlian ini, pembelajaran bisa jadi tidak relevan, membosankan, atau bahkan gagal mencapai tujuannya.
Desain Pembelajaran Itu Serius, Bukan Sekadar Slide PowerPoint
Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli tentang desain pembelajaran. Dari banyaknya definisi, menurut sepebacaan penulis, desain pembelajaran mengerucut kepada dua pendekatan: *berorientasi proses* dan *berorientasi fungsional*. Selebihnya adalah gabungan keduanya.
Salah satu definisi yang cukup menggugah datang dari Shambaugh & Magliaro (2006:35):
Instructional design is an intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and construct structured possibilities to responsively address those needs.
Artinya, desain pembelajaran bukan sekadar teknis, tapi proses intelektual yang membantu guru memahami kebutuhan murid dan merancang solusi pembelajaran yang tepat.
Nah, di sinilah peran instructional designer menjadi krusial. Mari kita bedah lewat lima tahap ADDIE: Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi.
Analisis: Jangan Asal Ngajar
Instructional designer yang ahli tahu bahwa setiap murid punya kebutuhan berbeda. Di tahap ini, mereka:
- Menggali siapa peserta didiknya
- Menentukan kesenjangan pengetahuan
- Merumuskan tujuan belajar yang relevan
Dalam konteks Kurikulum Merdeka dan Profil Pelajar Pancasila, analisis juga mencakup pemetaan dimensi karakter seperti gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Misalnya, saat merancang pembelajaran digital, instructional designer perlu tahu apakah siswa sudah mengenal literasi digital atau berpikir komputasi sebelum masuk ke coding atau AI.
Tanpa analisis yang tajam, pembelajaran bisa meleset dari sasaran. Seperti dokter yang memberi obat tanpa diagnosis.
Desain: Merancang Pengalaman Belajar
Tahap ini bukan cuma soal estetika. Instructional designer merancang:
- Tujuan belajar yang SMART
- Strategi belajar yang cocok (misalnya, diskusi, simulasi, atau discovery learning)
- Alur kegiatan yang logis dan menarik
Dalam dokumen “Rancang Bangun Pembelajaran Digital”, strategi seperti *Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL)* dan *Inkuiri Terbimbing* digunakan untuk menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila. Desain pembelajaran juga harus mengintegrasikan pendekatan konstruktivis dan konektivisme agar siswa aktif membangun pengetahuan.
Desain yang baik membuat belajar jadi menyenangkan dan bermakna. Desain yang buruk? Bisa bikin murid bengong.
Pengembangan: Dari Ide ke Produk
Instructional designer yang kompeten mampu mengubah desain menjadi materi nyata:
- Video interaktif, modul digital, atau simulasi
- Media yang sesuai dengan gaya belajar murid
- Konten yang selaras dengan tujuan
Dalam konteks digital, pengembangan bisa melibatkan platform seperti Scratch untuk coding, atau layanan cloud AI sederhana untuk eksplorasi kecerdasan buatan. Materi harus dikemas sesuai tema P5 seperti “Gaya Hidup Berkelanjutan” atau “Kearifan Lokal”.
Tanpa keahlian ini, desain bisa gagal diwujudkan. Seperti arsitek yang nggak tahu cara membangun rumah.
Implementasi: Bukan Sekadar “Silakan Digunakan”
Desain yang bagus harus bisa dipakai. Instructional designer, perlu:
- Menyusun panduan penggunaan
- Melatih guru atau fasilitator
- Menyesuaikan dengan kondisi lapangan
Implementasi pembelajaran digital untuk PjBL memerlukan strategi belajar terkoneksi, media pembelajaran proyek, dan pembiasaan budaya baru. Di sinilah instructional designer harus mampu menjembatani antara teknologi dan pedagogi.
Kalau tidak ahli, mereka bisa gagal mengantisipasi tantangan nyata di kelas atau pelatihan.
Evaluasi: Belajar dari Hasil
Instructional designer yang ahli tahu bahwa evaluasi bukan akhir, tapi awal dari perbaikan:
- Menyusun instrumen evaluasi yang tepat
- Menganalisis data untuk perbaikan
- Menyempurnakan desain untuk versi berikutnya
Evaluasi berbasis teknologi seperti portofolio digital atau simulasi proyek bisa digunakan untuk menilai pertumbuhan dimensi Profil Pelajar Pancasila. Refleksi bersama siswa juga penting untuk mengukur dampak pembelajaran terhadap nilai-nilai seperti toleransi, keberagaman, dan kreativitas.
Tanpa evaluasi yang tajam, pembelajaran stagnan. Padahal dunia terus berubah.
Penutup: Desainer Pembelajaran Itu Arsitek, Bukan Tukang Cetak Modul
Instructional designer yang tidak ahli dalam desain pembelajaran ibarat pilot yang tidak tahu cara membaca peta. Mereka mungkin bisa terbang, tapi tidak tahu ke mana arahnya. Keahlian desain adalah fondasi agar pembelajaran tidak hanya terjadi, tapi berdampak.
Dengan integrasi TIK dan pendekatan deep learning, instructional designer masa kini harus mampu merancang pembelajaran yang tidak hanya digital, tapi juga bermakna dan berakar pada nilai-nilai Pancasila.
Daftar Rujukan
Shambaugh, N., & Magliaro, S. G. (2006). *Instructional Design: A Systematic Approach for Reflective Practice*. Pearson.
Rancang Bangun Pembelajaran Digital untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila – Dr. LP Ario Nugroho, M.Pd
Taksonomi Peran TIK dalam Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila – Dokumen internal
[Binus Digital – Instructional Design dalam Proses Pembelajaran](https://binus.ac.id/binus-digital/2019/04/25/instructional-design-dalam-proses-pembelajaran-pentingkah/)
GetGuru – Memahami Desain Pembelajaran: Panduan Komprehensif](https://www.getguru.com/id/reference/instructional-design)
UNESA – Desain Instruksional: Model-Model Pengembangan Pembelajaran](https://s2pendidikanbahasainggris.fbs.unesa.ac.id/post/desain-instruksional-model-model-pengembangan-pembelajaran)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI