Mohon tunggu...
Gita Lovusa
Gita Lovusa Mohon Tunggu... Freelancer - penyemarak di serusetiapsaat.com

Penyuka kebaikan, penyuka senyuman, penyuka bacaan, penyuka tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fokus pada Kebaikan

8 Agustus 2018   07:34 Diperbarui: 8 Agustus 2018   16:09 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
berpikir baik, berkata baik, berperilaku baik

"Kok nggak fokus pada kebaikan aja, Mbak. Gimana kalo kalimat yang diucapkan adalah alhamdulillah cucianku banyak, artinya aku punya cukup baju. Alhamdulillah meski pilek, aku bisa bangun tuk shalat. Alhamdulillah masih ada peluang berjuang, artinya masih ada peluang dapat pahala," begitu saran Mbak Okina ketika dulu saya cerita tentang fokus saya yang pada kesehatan dan ketenangan.

"Kalau mau memutus kebiasaan yang kurang baik, latih tuk fokus pada kebaikan. Hidup ini banyak alhamdulillah nya kok, Mbak," lanjut beliau.

Di kesempatan lain Mbak Okina pun sering mengingatkan untuk mengapresiasi kebaikan di dalam keluarga. 

Sejak itu saya berlatih tuk fokus pada kebaikan. Di hari anak saya pertama masuk sekolah, saya sempat menulis ini di instagram: 

Fokus pada kebaikan adalah salah satu hal yang sedang saya asah. Pas tadi menunggu Cha halal bihalal di sekolah, bu guru agamanya membawakan shalawat dengan suara keren. Saya suka suaranya; lantang dan mantap. Soalnya baru kali ini dengar.

Setelah shalawat, disambung dengan ‘allahummarhamna bil qur’aan’.. eh terus kedengeran ada salah makhraj. Warzuqna dibaca warjukna.. Saya sempat nyengir dalam hati, lalu ingat kalo di lidah sunda hal ini umum terjadi.


Pas di jalan balik ke rumah sama Cha, tadinya saya mau ceritakan yang salah makhraj itu dulu. Alhamdulillah ingat dengan fokus pada kebaikan. Akhirnya saya ceritakan ini: Cha, tadi suara Bu Eni keren ya. Lantang dan mantap banget. Suka, deh.

Berlatih tuk fokus pada kebaikan, bukan pada kekurangan.

Tapi memang hanya diniatkan dalam hati dan pikiran, nggak ditulis lebih detil. Alhasil masih lebih banyak lupanya. Siang kemarin saya teringat betapa dari pagi, saya beberapa kali melihat kekurangan anak saya dan menyebutnya. Ihik.. padahal dia sudah banyak juga melakukan kebaikan. Untung sebelum dia turun di depan sekolah (sehabis zuhur), saya ingat dan segera mengucapkan makasih karena tadi pagi sudah menemani adik-adik kecil, main.

Di perjalanan balik ke rumah, saya tekadkan untuk menuliskan WFO apresiasi kebaikan di dalam keluarga. Apa itu WFO? WFO adalah Well Formed Outcome. WFO pun memiliki syarat, yaitu:

1. Spesifik dan terukur: mengapresiasi kebaikan suami dan anak dengan pelukan dan ucapan terima kasih, setiap pagi. Mengirimkan ucapan terima kasih via whatsapp ke suami dan lisan ke anak, setiap siang. Menuliskan ucapan terima kasih ke suami dan anak di secarik kertas, setiap malam.

2. Diri sebagai kendali: saya yang melakukan, bukan orang lain.

3. Kalimat positif: saya akan mengapresiasi kebaikan suami dan anak, setiap hari. Sebagai salah satu cara tuk fokus pada kebaikan.

4. Melibatkan VAK (Visual, Auditori, Kinestetik): secara visual saya melihat suami dan anak, juga melihat responnya. Secara auditori, saya bahagia bisa mengapresiasi kebaikan mereka. Secara kinestetik saya menulis, memeluk, dan berkata-kata.

5. Selaras: karena Alllah menyukai hal-hal baik dan kebaikan (banyak sekali ayat mengenai ini di AlQuran) dan Rasulullah SAW bersabda,"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan Akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku." (HR Tirmidzi). Dua hal ini membuat semakin bersemangat untuk mengapresiasi setiap kebaikan suami dan anak.

Kemarin siang saya mulai melakukan ini. Malam harinya saya tulis di post it "Kakak sayang, makasih ya, udah nemenin Ummi ngajar tadi pagi." Ekspresi Cha setelah membaca post it benar-benar membuat saya yakin ini adalah suatu kebaikan dan disenangi. Padahal simpel ya, note-nya.

Senyumnya, binar matanya mengatakan demikian. Begitu juga dengan suami ketika membaca pesan di post it. Paginya sebelum beliau berangkat kerja, kami berpelukan dan saya ucapkan terima kasih lagi. Cha melihatnya senyum-senyum sambil masih mengantuk haha.

Dalam mengapresiasi kebaikan saya pun jadi membaca-baca lagi mengenai pujian efektif yang diajarkan, yaitu:

1. Puji perilakunya, bukan karakteristik orangnya.

2. Menyatakan konsekuensi positif dari perilaku.

3. Pakai bahasa yang sederhana.

4. Tambahkan nilai keimanan.

Jika kemarin baru menggunakan poin nomor 1, hari ini dan berikutnya insyaallah akan memakai keempat poin secara variasi. Kalimat dan caranya juga harus aneka ragam nih. Menerapkan fleksibel dalam tindakan. Hihi.. semangat berkreasi dalam mengapresiasi kebaikan. ^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun