Mohon tunggu...
Arya Panakawan
Arya Panakawan Mohon Tunggu... -

mengenal jawa timur lebih dekat, melalui alam, budaya dan sosial politiknya. Juga jagan lupa Follow twitternya di @aryapanakawan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bosan Aku dengan Penat dan Enyah saja kau Pekat

22 Januari 2016   22:45 Diperbarui: 4 April 2017   18:21 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="https://www.tumblr.com/search/aadcgagalmoveon"][/caption]

Sebuah puisi apik yang dibacakan Dian Sastro di film AADC (Ada Apa Dengan Cinta). Entah menggapa seperti ada daya tarik dgn puisi ini, setelah seorang teman tanpa sengaja memutar cuplikan adegan ini pada sore hari di akhir jam kerja.


Selain bernostalgia, menurut saya dulu, puisi ini tampak romantis sekali tetapi sekarang setelah saya amati sekali lagi makna yang tersirat didalamnya jauh dari kata romantis, melainkan menggambarkan seseorang yang mengalami sebuah kehampaan hidup.


Coba perhatikan setiap bait katanya, justru lebih mengambarkan kebingungan, kesediahan, kesepian dan serta pengharapan untuk mengentaskan kepenatan. Itu menurut saya, maaf jika salah karena saya bukan seorang ahli syair.


Seseorang yang dilanda kegelisahan yang tidak berujung karena rutinitas yang ada, serta tidak tahu kemana akan menuju dan merasa kesepian walaupun dalam lingkungan yg bising dan ramai adalah tanda ketidak bermaknaan diri telah menghampiri.


Kebermaknaan hidup bagi saya seperti membahas soal cinta, karena tidak akan lekang oleh waktu dan dari masa ke masa tidak akan bosan untuk membahasnya karena dia adalah inti pencarian kehidupan manusia yang sejati.


Kuncinya ada dua untuk bermakna, yaitu; mencari jati diri dan mengorentasikan hidup kita kemana.


Mencari jati diri lebih menemukan potensi serta bidang yang kita sukai, sehingga kita tenggelam dalam lautan imaji serta kepuasan pribadi. Sedangkan tujuan hidup adalah kemana potensi kita akan bermuara yang tentunya berguna untuk keluarga, lingkungan, masyarakat, nusa dan bangsa.


Tampak mudah mengucapkannya tetapi tidak semudah itu menemukan jati diri serta kebermaknaan hidup. Banyak hal yang harus direnungkan, digali, dibandingkan, sehingga membuat kita semakin gelisah untuk memilih mana yang terbaik untuk kita cintai.


Di sudut ruang kerja di temani langit yang mendung, saya muali bertanya kepada diri sendiri, sudahkah saya menemukan jati diri serta kebermaknaan hidup ini ?
Suara sayup dari sepenggal puisi tentang seseorang yang dilantunkan Dian Sastro, menemani pertanyaan diri yang masih samar ujungnya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun