Mohon tunggu...
Dita Nidya Kartika Lova
Dita Nidya Kartika Lova Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pria Depresi Kalau Urusan Keluarga Masuk dalam Pekerjaan

14 Mei 2012   03:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1336965024845534222

[caption id="attachment_188078" align="aligncenter" width="270" caption="www.infoniac.com"][/caption]

Kalo anda pria, lagi enak-enaknya kerja nih. Tiba-tiba sang istri sms, "Pa jangan lupa beli susu". Gak dijawab? Bakalan disms lagi berulang kali sampai anda membalasnya. Bener gak? Namanya juga wanita, jangan sampai dicuekin apalagi meremehkannya.

"Mama, papa lagi meeting, entar aja kita omong di rumah!" Ah paling gitu kan? "Papa, ini masalah genting, rumah bocor, ntar lagi jadi kolam renang!" Lalu apa yang akan anda jawab? "Ma! Manjat genteng aja gih sana, papa lagi cari duit nih!" Aduh teganya.. teganya....

Inilah pria, kalo udah kerja katanya suka lupa daratan. Gak mau diganggu kalo lagi kerja, maunya gangguin keluarga orang lain, diganggu keluarga sendiri gak mau. Ehh salah ya?

Ya pokoknya gitu deh. Seperti artikel yang Lova baca melalui Vivanews, (11/05), dimana pada artikel tersebut dibahas tentang depresi wanita dan pria karena pekerjaan. Artikel yang katanya berasal dari hasil penelitian University of Calgary di Alberta, Kanada, menyebutkan bahwa konflik antara keluarga dan pekerjaan mempengaruhi risiko depresi untuk pria dan wanita. Namun masing-masing jenis kelamin ini menyikapinya secara berbeda.

Kalo pria dapat mengalami peningkatan risiko depresi jika kehidupan keluarga masuk ke dalam kehidupan kerja. Sedangkan wanita cenderung depresi saat pekerjaan mengganggu kehidupan keluarga.

Unik bukan? Coba dianalisa deh, ini hanya persoalan masuk dan dimasukin. Eh maksudnya kalo keluarga dimasukin ke pekerjaan, pria bisa stress. Sedangkan urusan keluarga dimasukin urusan pekerjaan, wanita yang depresi. Halah sama aja dengan penjelasan di atas.

Intinya kalo pria sepert yang Lova ngebahas di awal,  maka wanita berbeda. Ketika pulang kerja, udah nyantai di salon kecantikan, lagi lurusin semua rambut. Tiba-tiba ada telepon masuk dari si boss atau teman kerja, "Jeng, hasil meeting tadi naruhnya dimana?" hmm pasti dengan mengerutkan dahi sambil ngedumel "Apa-apan sih, orang lagi nyantai gangguin aja!". Segera saja sms itu dijawab, "Ada di meja, cari aja. Kalo gak ada, berarti ilang" Kira-kira begitu? Bisa saja kan. Lagian gak mungkin jawabnya, "Entar ya, segera saya kembali lagi ke kantor" oh tak mungkin.. tak mungkin.. kecuali ada sesuatu hehehe

Kalo mau dipikir, hasil penelitian tersebut benar adanya. Rata-rata wanita pekerja gak terlalu ngoyo ketika sudah sampai di rumah. Walau memang ada yang ngelanjutin pekerjaannya di rumah, namun kebanyakan wanita akan lebih menikmati ketika dia menjadi Boss di rumahnya sendiri.  Bukan begitu? Ya iya lah...

Seperti cerita di awal, kalo sang pria menemukan pasangan yang bawelnya minta amplop, bisa dibayangin depresi yang akan dihadapinya disaat sedang bekerja. Eh pernah tau gak kalo pria ngedumel? Coba dikira-kira. "Ahh bawel amat sih!" Mendingan ngedumel dalam hati, kalo sampai ngedumelnya curhat ke wanita lain lebih bahaya lagi, 'Itu tuh, mamanya anak-anak crewetnya minta ampun!" Kalo ditanggapin dengan bijaksana sama teman wanitanya ya pasti aman-aman aja. Tapi kalo malah diprovokasi, "Udahlah tinggalin aja, istrimu itu, masih muda kok dibuat stress terus". Nah ini yang repot bukan?

Inilah keegoisan pria yang sering memasrahkan urusan rumah tangga sepenuhnya pada sang ratu di rumah.  Ketika anak punya masalah dikit aja, yang disalahin sang istri melulu. Giliran ditelepon atau sms soal rumah bocor aja udah sewot. Lagian yang minta manjat genteng siapa? Wong yang diminta kan solusinya. Ahh terlalu geer juga kalo model macam beginian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun