Mohon tunggu...
Taufik Al Mubarak
Taufik Al Mubarak Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tukang Nongkrong

Taufik Al Mubarak, blogger yang tak kunjung pensiun. Mengelola blog https://pingkom.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Arti Bersyukur: Dalam Urusan Dunia Lihatlah ke Bawah

11 Maret 2024   16:55 Diperbarui: 11 Maret 2024   17:02 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pekerja di proyek IPAL Banda Aceh. Foto: Taufik Al Mubarak

Tiap kali duduk di warung kopi atau berhenti di traffic light, saya sering memperhatikan para peminta-minta. Mulai dari tingkah polah hingga fisik mereka. Pasti ada sesuatu yang pantas saya kagumi dari mereka. Meski hidup tidak seberuntung manusia lain pada umumnya, tapi mereka mampu tampil ceria, bersemangat, dan gigih dalam bekerja. Keterbatasan fisik tidak membuat mereka duduk berpangku tangan dan tidak mengerjakan apa-apa. Mereka menolak menyerah dengan keadaan yang ada.

Di warung kopi Chek Yuke di Tepi Kali, Banda Aceh, misalnya, saya saban hari menjumpai seorang tunanetra. Ia ke mana-mana menggunakan tongkat, sebuah alat yang digunakan untuk menandai batas jalan atau penghalang. Saat masuk ke warung kopi, tongkat itu dia gunakan untuk menandai batas tanjakan untuk masuk ke warung kopi, juga menandai meja warung. Ia selalu memilih meja di dekat kasir, tempat favorit dia menyeruput segelas kopi.

Meski berprofesi peminta-minta, dia selalu menyelipkan uang lembaran lima ribu rupiah di bawah gelas kopi. Lalu, beranjak menyusuri jalan setapak, menggunakan tempat yang menjadi 'teman' seperjalanan. Kemampuan dia menandai rute ke warung kopi favoritnya itu membuat saya kagum. Bagaimana orang dengan keterbatasan penglihatan, mampu memilih tempat di mana ia menyeruput segelas kopi atau pergi ke tempat-tempat dia biasanya mencari sedikit rezeki.

Saya juga kerap menjumpai pasangan suami-istri, di mana dua-duanya memiliki keterbatasan fisik. Ke mana-mana mereka memang menggunakan becak langganan. Tapi, mereka mampu berpindah-pindah dari satu warung kopi ke warung kopi lain yang berdekatan, tanpa merasa kelelahan sedikit pun. Tidak sekadar menjadi peminta-minta, karena mereka juga menyentuh para pengunjung dengan alunan bacaan ayat suci Al Quran, yang dibacakan bersamaan suara dari tape recorder. Dengan demikian, selain meminta-minta, mereka juga mengingatkan manusia lain untuk mendengarkan bacaan Al Quran.

Mereka akan mendatangi meja pengunjung tanpa menjulurkan tangan, melainkan cuma lewat saja. Ada yang memberi mereka satu lembar uang kertas dua ribuan, tapi ada juga yang mengabaikan kehadiran mereka. Dan, pasangan suami-istri ini akan berlalu, tanpa sedikit pun merasa kecewa. Untuk mereka yang memberi sedikit rezekinya, pasangan ini akan mendoakan mereka agar selamat dunia-akhirat.

Apa yang saya paparkan di atas hanyalah sebagai contoh saja. Di luar itu, banyak orang yang tidak beruntung seperti mereka, namun tidak sedikit pun mereka menyerah dengan keadaan yang ada. Bagi mereka, hidup ini harus berjalan dan dapur harus tetap mengepul, meski mereka diberikan keterbatasan penglihatan atau fisik yang tidak sempurna seperti manusia lain. Semangat mereka menjalani hidup itulah pelajaran yang perlu dipetik.

Kita yang masih memiliki fisik sempurna, penglihatan bagus, dan mungkin nasib yang lebih baik dari mereka, seharusnya tidak membuat kita terlena dengan keadaan yang ada: berleha-leha dan bermalas-malasan. Jika mereka saja yang memiliki keterbatasan fisik dan penglihatan yang tidak sempurna mampu bekerja lebih keras, tidak kenal lelah, serta begitu bersemangat menjalani hidup, sudah seharusnya kita yang sehat-sehat ini harus lebih baik dari mereka.

Kita seharusnya bersyukur diberikan segala kelebihan, karena memiliki segala hal untuk membuat kita menjadi lebih baik. Namun, tidak sedikit di antara kita yang justru tidak mampu mendayagunakan kelebihan fisik untuk bekerja lebih keras. Bahkan beberapa di antara kita memilih menjadi pribadi malas, menunggu takdir berpihak pada kita. Padahal, kita seharusnya bisa lebih baik dibanding para peminta-minta seperti contoh di atas.

Jika mereka yang memiliki keterbatasan fisik saja mampu bekerja keras, bersemangat menjalani hidup, dan berjuang mengubah kehidupan menjadi lebih baik, seharusnya kita yang sehat-sehat ini harus lebih baik dari mereka. Itulah sebenarnya arti dari bersyukur. 

Para ustadz sering memberi nasihat kepada kita bahwa dalam urusan dunia lihatlah ke bawah. Begitulah cara kita bersyukur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun