Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Legenda Tanah Lot Ini Membuat Penasaran Wisman!

27 Januari 2019   19:52 Diperbarui: 28 Januari 2019   05:46 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak Wisatawan (Dokpri)
Banyak Wisatawan (Dokpri)
Pura Luhur Tanah Lot

Saat berada di salah satu pura, saya membaca tulisan yang dipahat di atas batu marmer putih. Ternyata Pura Luhur Tanah Lot terdiri dari Pura Jero Kandang, Pura Enjung Galuh, Pura Batu Bolong, Pura Mejan dan Pura Luhur Perkendungan.

Batu Bolong (Dokpri)
Batu Bolong (Dokpri)
Hujan deras sempat turun saat kami tiba di atas Batu Bolong. Wisatawan berlari mencari tempat teduh meski harus berdesakan. Untung hujan tidak turun lama. Kami lantas berjalan lagi menuju ke Pura Tanah Lot di ujung pantai yang menjorok ke Laut Selatan.

Di bibir pantai, ombak laut sore itu terlihat besar  sehingga air yang menerpa bebatuan pantai terlihat tinggi dan jatuh menerpa beberapa wisatawan yang asyik berdiri. Demi keselamatan, wisatawan yang berada di pinggir pantai mulai mundur di tempat yang aman.

Refleksi (Dokpri)
Refleksi (Dokpri)
Sementara itu, saya melihat Mister Jay berjalan menuju batu karang yang di atasnya ada Pura Tanah Lot. Air laut yang pasang, membuat jalan tergenang air, tetapi bukan menjadi halangan bagi Mister Jay untuk mendekati Pura Tanah Lot. Ia juga melihat atraksi ular yang dipegang pawang yang berbaju putih pakaian tradisional Bali, di jalan setapak menuju pura.

Setelah beberapa saat berada di bawah Pura Tanah Lot, Mister Jay kembali. Ia bercerita bahwa ia dapat merasakan aura ritual adat Bali yang beragama Hindu serta bagaimana umat Bali menjaga kesakralan dan keheningan tempat ibadah itu. Simbol ritual ibadah lewat sesaji dan penjor serta ornamen khas Bali yang terpasang di sekitar Pura, memberi suasana suci bagi siapapun yang mendekat dan tak hanya plesir saja.

Seandainya kami datang saat Odalan atau hari raya di Pura (210 hari sekali) atau saat Galungan dan Kuningan, tentu aura mistik dan khusuk terasa saat berada di Tanah Lot.

Sunset (Dokpri)
Sunset (Dokpri)
Tidak Sekedar Piknik

Kami sempat menikmati keindahan "sunset" di Tanah Lot pada sore menjelang malam. Warna jingga kemerahan mentari, menciptakan siluet, bayangan hitam termasuk manusia di kala senja. Sungguh eksotik.

Saya mulai merenung. Berwisata tak sekedar piknik atau plesiran saja. Berwisata yang baik adalah mengenal sejarah budaya dan legenda dari setiap tempat wisata yang dikunjungi. Dengan berusaha mengetahui dan mencari tahu latar belakangnya, (bisa dibaca di Wikipedia atau sumber lain yang terpercaya), wisatawan tak akan bosan mengunjungi objek-objek wisata meski pernah dikunjungi sekalipun.

Nama-nama Pura di Tanah Lot (Dokpri)
Nama-nama Pura di Tanah Lot (Dokpri)
"Labih baik melihat sendiri sekali daripada seratus kali mendengar dari orang lain. Lebih baik mengalami sendiri sekali daripada seratus kali melihat" kata peribahasa Cina. Peribahasa Cina itu mengajarkan kepada siapapun bahwa untuk memahami sesuatu lebih baik terjun sendiri ke lapangan.

Salam Koteka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun