Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Masjid Raya Baiturrahman dan Pesan Rahasia di Balik Doa

10 Oktober 2025   13:44 Diperbarui: 10 Oktober 2025   13:44 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khatib kemudian menegaskan bahwa doa bukan alat untuk melampiaskan amarah. Ia bukan senjata untuk menembak musuh yang tak kita suka, melainkan jembatan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah. 

Ketika kita berdoa buruk untuk orang lain, sejatinya kita sedang menciptakan ruang gelap dalam hati sendiri. Kata-katanya sederhana, namun mengandung kedalaman makna yang luar biasa: "Doa bukan tentang siapa yang kalah atau menang, tapi tentang siapa yang paling tulus dalam berharap kebaikan."

Ketika Shalat Jumat Menjadi Sekadar Rutinitas

Pesan khutbah itu kemudian berlanjut pada hal yang lebih dalam: bagaimana banyak umat Islam menjalani ibadah Jumat hanya sebagai rutinitas mingguan. Khatib berkata dengan nada pelan namun penuh penekanan, "Jangan jadikan shalat Jumat hanya sebagai ritual menggugurkan kewajiban. Jadikan ia sebagai ruang untuk memperbaiki diri."

Saya terdiam. Kata-kata itu terasa menembus sesuatu yang sudah lama saya abaikan. Benar, kadang kita datang ke masjid bukan karena haus akan makna, melainkan karena takut disebut "tidak Jumat". Kita hadir secara fisik, tetapi hati kita tertinggal di layar ponsel, di pekerjaan yang belum selesai, atau bahkan di urusan dunia yang terus menagih perhatian.

Baiturrahman hari itu seolah memantulkan gema renungan dalam diri saya. Saya mulai menyadari bahwa setiap pekan, saya menjalani shalat Jumat dengan pola yang hampir sama: datang, duduk, dengar khutbah setengah sadar, lalu pulang. 

Seolah-olah Tuhan hanyalah "agenda mingguan" yang wajib dihadiri. Padahal, jika direnungkan lebih dalam, shalat Jumat adalah momentum untuk mengosongkan hati dari kebisingan dunia, dan mengisinya kembali dengan kesadaran spiritual.

Dalam khutbahnya, khatib juga menyinggung tentang kebersihan hati sebagai syarat diterimanya doa. Ia mengutip makna dari Surah Al-Baqarah ayat 186, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku." 

Ayat ini, kata khatib, mengandung pesan bahwa kedekatan Allah tidak diukur dari berapa banyak doa yang kita ucapkan, melainkan dari sejauh mana hati kita bersih ketika berdoa.

Mendengar itu, saya merasa seperti sedang diingatkan secara pribadi. Mungkin selama ini doa-doa saya tak pernah benar-benar naik, karena hatinya masih penuh keluh kesah dan kebencian.

Pesan Rahasia di Balik Doa

Seusai khutbah dan shalat, saya tidak langsung beranjak. Saya duduk lebih lama di bawah kubah besar masjid itu, memperhatikan jamaah yang perlahan keluar. Ada yang tergesa-gesa, ada yang masih berdoa khusyuk. 

Dari kejauhan, saya melihat seorang lelaki tua duduk bersila, mengangkat kedua tangan dengan wajah teduh. Saya tak tahu apa isi doanya, tapi dari pancaran wajahnya, saya bisa merasakan ketenangan yang sulit digambarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun