Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Secangkir Teh dan Jenis Kelamin di Ruang Sosial

10 Oktober 2025   10:00 Diperbarui: 10 Oktober 2025   11:12 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar hasil olah Akal Imitasi (AI)

Jadi, mungkin sudah waktunya kita berhenti memberi jenis kelamin pada teh. Teh tidak perempuan, tidak pula laki-laki. Ia hanya minuman yang menyatukan, menghangatkan, dan memanggil kita untuk duduk bersama, saling mendengar, tanpa hirarki, tanpa peran yang kaku. 

Karena pada akhirnya, yang membuat secangkir teh terasa hangat bukanlah siapa yang menyeduhnya, melainkan dengan siapa kita memilih untuk menikmatinya.

Referensi:

  • Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, 1984.

  • Pierre Bourdieu, Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste, Harvard University Press, 1984.

  • Judith Butler, Gender Trouble: Feminism and the Subversion of Identity, Routledge, 1990.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun