"Pendidikan bermutu untuk semua berarti setiap anak merasa dilihat, didengar, dan dihargai."Â
Abad ke-21 sering disebut sebagai era disrupsi. Istilah ini menggambarkan perubahan yang begitu cepat dalam berbagai bidang, mulai dari teknologi, ekonomi, hingga cara kita berinteraksi.Â
Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kecerdasan buatan,big data, dan Internet of Things, telah mengubah hampir seluruh sendi kehidupan.Â
Pendidikan pun tak bisa tinggal diam. Anak-anak yang hari ini duduk di bangku sekolah akan menghadapi dunia yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka akan bersaing dalam pasar kerja global yang menuntut kreativitas, kolaborasi, dan kemampuan beradaptasi yang tinggi.
Di tengah derasnya arus digitalisasi, muncul pertanyaan penting: apakah pendidikan kita hanya cukup mengajarkan matematika, sains, atau bahasa asing? Jawabannya tentu tidak.Â
Pendidikan yang hanya fokus pada akademik tanpa menumbuhkan keterampilan sosial-emosional ibarat menyiapkan kapal dengan mesin canggih tetapi tanpa kompas. Kapal itu mungkin melaju cepat, tetapi berisiko salah arah.Â
Di sinilah urgensi pendidikan bermutu. Bukan hanya bermakna fasilitas modern atau nilai ujian tinggi, melainkan pendidikan yang membentuk murid menjadi manusia seutuhnya---cerdas otaknya, tangguh jiwanya, dan peduli hatinya.
Laporan World Economic Forum tahun 2020 menyebutkan bahwa keterampilan seperti kreativitas, berpikir kritis, dan kecerdasan emosional akan menjadi kompetensi paling dibutuhkan di masa depan. Artinya, kemampuan memahami dan bekerja sama dengan orang lain sama pentingnya dengan penguasaan teknologi.Â
Dengan kata lain, empati harus hadir sebagai fondasi utama pendidikan bermutu. Empati bukan sekadar kemampuan merasa iba, tetapi keterampilan untuk memahami pengalaman, emosi, dan perspektif orang lain. Inilah yang membuat manusia bisa hidup bersama dalam keberagaman.
Ketika pendidikan berorientasi pada empati, murid tidak hanya belajar untuk diri sendiri. Mereka juga belajar untuk memberi makna bagi orang lain. Seorang siswa yang diajak memahami kesulitan temannya akan lebih mudah bekerja sama di masa depan.Â