Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru dan Dosen sebagai Investor Sosial

21 Agustus 2025   07:11 Diperbarui: 21 Agustus 2025   19:26 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: optika.id/Freepik)

Beberapa waktu terakhir publik dihebohkan dengan sebuah pernyataan yang menyebut guru dan dosen sebagai "beban negara". Entah ucapan itu nyata atau sekadar rekayasa video, dampaknya sungguh terasa: menyinggung hati para pendidik dan memantik perdebatan luas. Bagaimana mungkin profesi yang selama ini menjadi garda depan mencerdaskan bangsa justru dilabeli dengan istilah yang merendahkan?

Kata-kata memang memiliki kuasa. Sebuah frasa dapat menumbuhkan rasa hormat, tetapi juga bisa menimbulkan luka yang dalam. Istilah "beban" jelas menempatkan guru dan dosen dalam posisi pasif, seakan mereka hanya penerima gaji tanpa kontribusi nyata. Padahal, sejarah bangsa ini tak pernah lepas dari kiprah guru dan dosen yang membentuk karakter generasi.

Narasi semacam ini sebaiknya diluruskan. Daripada melihat guru dan dosen sebagai beban, jauh lebih tepat memandang mereka sebagai investor sosial. Mereka menanamkan waktu, tenaga, dan pengetahuan untuk menghasilkan keuntungan yang tidak kasat mata dalam jangka pendek, tetapi sangat berlimpah di masa depan.

Dengan sudut pandang ini, diskusi publik menjadi lebih sehat. Alih-alih menghitung gaji sebagai angka yang membebani APBN, kita bisa memandang setiap rupiah yang dikeluarkan untuk guru dan dosen sebagai tabungan masa depan bangsa. Sebab, seperti investasi pada umumnya, hasilnya tidak datang seketika, melainkan berbuah pada generasi mendatang.

Konsep Investor Sosial dalam Pendidikan

Istilah investor sosial mungkin terdengar baru di telinga sebagian orang. Selama ini, kata "investor" identik dengan orang kaya yang menanamkan modalnya di pasar saham atau properti. Padahal, makna investasi jauh lebih luas: menanamkan sesuatu dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih besar di masa depan. Dalam konteks pendidikan, guru dan dosen melakukan hal yang sama, hanya saja modalnya berupa ilmu, nilai, dan keteladanan.

Seorang guru yang sabar membimbing murid-muridnya sebenarnya sedang menanamkan benih kejujuran, kerja keras, dan rasa percaya diri. Hasilnya mungkin tidak terlihat dalam laporan keuangan negara, tetapi akan tampak ketika murid tersebut kelak menjadi warga yang produktif dan bertanggung jawab. Demikian pula dosen yang membimbing mahasiswa dalam penelitian. Ia sesungguhnya sedang menanam modal intelektual yang suatu hari bisa berbuah inovasi untuk bangsa.

Konsep investor sosial juga menegaskan bahwa guru dan dosen bukan sekadar pekerja yang digaji. Mereka adalah pelaku utama pembangunan manusia. Teori modal manusia (human capital theory) yang diperkenalkan oleh Theodore Schultz (1961) menunjukkan bahwa pendidikan adalah bentuk investasi paling strategis untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa.

Ketika guru mengajarkan literasi dasar, ia sedang membekali murid agar kelak mampu bersaing di dunia kerja. Ketika dosen mengajarkan metodologi penelitian, ia sedang membuka jalan bagi lahirnya pengetahuan baru. Semua ini adalah investasi yang hasilnya jauh lebih besar daripada nilai rupiah yang mereka terima setiap bulan.

Tak heran jika negara-negara maju menempatkan pendidikan sebagai prioritas. Finlandia, misalnya, sejak 1970-an menganggap guru sebagai aset nasional. Guru di sana dihormati layaknya dokter atau insinyur. Mengapa? Karena mereka sadar bahwa setiap rupiah untuk guru adalah rupiah yang akan kembali berlipat ganda melalui produktivitas generasi muda.

Di Indonesia, konsep ini sebenarnya sudah lama terpatri dalam cita-cita kemerdekaan: "mencerdaskan kehidupan bangsa." Hanya saja, dalam praktik sehari-hari, penghargaan terhadap profesi pendidik masih belum sejalan dengan idealisme tersebut. Inilah mengapa istilah investor sosial perlu terus diperkenalkan, agar masyarakat memiliki sudut pandang baru dalam memandang guru dan dosen.

Bukti Nyata: Hasil Investasi Guru dan Dosen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun