Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saat Rumah Menjadi Sekolah Pertama, dan Kasih Sayang Menjadi Kurikulum Abadi

16 Agustus 2025   09:51 Diperbarui: 16 Agustus 2025   09:51 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang tua mengajar anaknya dengan kasih sayang. (Sumber: hatiplong.com/Freepik)

Teknologi bisa mempermudah kolaborasi ini. Grup komunikasi, pertemuan virtual, hingga aplikasi belajar membuat informasi cepat tersampaikan. Namun, teknologi hanyalah alat---niat tulus untuk bekerja sama jauh lebih penting.

Pada akhirnya, sekolah tidak bisa berjalan tanpa dukungan rumah, dan rumah tidak bisa mendidik tanpa dukungan sekolah. Kolaborasi keduanya adalah kunci untuk memastikan pendidikan anak tidak hanya bermutu, tetapi juga bermakna.

Tantangan Masa Kini

Mendidik anak di era sekarang tidaklah mudah. Arus teknologi, media sosial, dan gaya hidup serba cepat menghadirkan peluang besar sekaligus tantangan baru bagi orang tua dan anak. Pendidikan tidak lagi cukup hanya mengandalkan buku dan papan tulis, karena anak sudah berhadapan dengan dunia digital sejak usia dini.

Gawai dan internet bisa menjadi sumber ilmu yang luas, tetapi juga bisa menjerumuskan pada informasi yang salah atau konten yang tidak sesuai. Jika rumah kehilangan perannya, anak lebih banyak belajar dari layar ketimbang dari orang tuanya.

Kesibukan orang tua menambah kerumitan. Banyak keluarga sibuk bekerja sehingga rumah hanya berfungsi sebagai tempat singgah, bukan lagi ruang pendidikan. Padahal, anak lebih membutuhkan kehadiran dan perhatian daripada sekadar fasilitas.

Selain itu, tekanan akademik dan sosial yang semakin besar membuat anak rentan stres. Mereka dihadapkan pada standar tinggi sejak dini, sementara dukungan emosional sering kali kurang. Dalam situasi ini, rumah harus menjadi jangkar yang menenangkan, bukan justru menambah tekanan.

Perbedaan latar belakang ekonomi juga menjadi tantangan. Tidak semua keluarga mampu menyediakan fasilitas belajar yang sama. Namun, kasih sayang dan perhatian tidak pernah mengenal batas kelas sosial. Dari rumah sederhana pun bisa lahir anak-anak berkarakter kuat.

Tantangan terbesar sebenarnya adalah menemukan keseimbangan. Anak membutuhkan kebebasan untuk bereksplorasi, tetapi juga membutuhkan arahan. Orang tua harus bijak menjadi pemandu, bukan pengendali penuh, agar anak tumbuh merdeka namun tetap terarah.

Meskipun tantangan semakin kompleks, peluang pun semakin terbuka. Dengan kasih sayang, perhatian, dan waktu berkualitas, rumah tetap bisa menjadi sekolah pertama yang kuat, bahkan di tengah gempuran dunia modern.

Aspirasi untuk Pendidikan Bermutu

Ketika kita berbicara tentang pendidikan bermutu, sering kali bayangan kita tertuju pada sekolah unggulan, fasilitas modern, atau kurikulum internasional. Namun, sejatinya pendidikan bermutu dimulai dari hal yang lebih sederhana: kesadaran orang tua akan perannya di rumah.

Aspirasi pendidikan bermutu untuk semua berarti setiap anak, tanpa memandang latar belakang, berhak mendapatkan kesempatan belajar terbaik. Dan kesempatan terbaik itu selalu dimulai dari rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun