Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saat Rumah Menjadi Sekolah Pertama, dan Kasih Sayang Menjadi Kurikulum Abadi

16 Agustus 2025   09:51 Diperbarui: 16 Agustus 2025   09:51 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah yang baik tidak membutuhkan gedung tinggi atau buku tebal, tetapi kehadiran orang tua yang tulus mendampingi. Dari sinilah kita sadar, rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan sekolah kehidupan yang akan membentuk arah masa depan anak.

Kasih Sayang sebagai Kurikulum Abadi

Kasih sayang adalah kurikulum yang tidak pernah tertulis, tetapi menjadi fondasi bagi seluruh proses belajar anak. Anak yang tumbuh dalam cinta dan rasa aman akan lebih berani mengeksplorasi dunia, karena ia tahu selalu ada tempat pulang yang menerima dirinya apa adanya.

Pendidikan berbasis kasih sayang bukan berarti memanjakan, melainkan menanamkan disiplin dengan cara manusiawi. Menegur tanpa merendahkan, memberi batas tanpa melukai, itulah seni mendidik dengan cinta. Dari sanalah anak belajar kejujuran, tanggung jawab, dan empati, bukan sekadar hafalan teori.

Kasih sayang juga menjadi sumber kepercayaan diri. Anak yang dihargai di rumah lebih berani mencoba hal baru di luar, sedangkan anak yang tumbuh dalam ketakutan cenderung ragu melangkah meski punya potensi besar.

Lebih jauh lagi, kasih sayang berfungsi sebagai penyembuh. Ketika anak gagal atau mendapat nilai rendah, pelukan dan dorongan dari orang tua akan membuatnya bangkit kembali. Anak belajar bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan bagian dari perjalanan.

Inilah mengapa kasih sayang disebut sebagai "kurikulum abadi." Ia sederhana, tidak tertulis di rapor, tetapi akan melekat selamanya dalam diri anak, membentuk karakter dan menjadi bekal menghadapi kehidupan.

Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah

Sekolah memiliki peran penting dalam membentuk kualitas pendidikan anak, tetapi guru tidak bisa bekerja sendirian. Anak tetap membutuhkan dukungan dari rumah agar proses belajar menjadi utuh. Guru mengajar pengetahuan, sementara orang tua memastikan anak siap menyerap dan mempraktikkannya.

Sayangnya, sering terjadi kesalahpahaman: orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan pada sekolah, sedangkan sekolah berharap orang tua mendampingi di rumah. Jika tanggung jawab ini tidak seimbang, anak akan kehilangan pijakan dalam belajar.

Kolaborasi sejati harus dibangun di atas komunikasi yang terbuka dan berkelanjutan. Bukan hanya rapat orang tua murid sekali setahun, melainkan percakapan rutin tentang perkembangan anak. Guru pun membutuhkan pemahaman tentang kondisi anak di rumah agar pendekatan di kelas lebih tepat.

Dalam hubungan ini, orang tua dan guru perlu saling menghargai. Orang tua tidak bisa menuntut guru sempurna dalam segala hal, dan guru pun tidak bisa menafikan peran orang tua. Keduanya harus melihat diri sebagai mitra yang melengkapi, bukan pihak yang saling menuntut.

Anak yang mendapat dukungan di sekolah sekaligus di rumah akan merasa lebih percaya diri. Ia tahu bahwa seluruh lingkungannya bergerak bersama untuk dirinya. Rasa aman itu menjadi energi besar untuk berkembang lebih jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun