Dalam bagian pertama seri ini, kita melihat bagaimana Subulussalam tumbuh pesat secara jumlah penduduk. Namun, pertanyaan yang tak kalah penting adalah: bagaimana kualitas sumber daya manusianya?
Data BPS Kota Subulussalam Dalam Angka 2025 mengungkap sebuah fakta yang patut kita renungkan: angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas turun dari 98,07% di tahun 2022 menjadi 96,44% pada 2024. Sekilas penurunan ini terlihat kecil, namun dampaknya bisa sangat besar jika dibiarkan.Â
Di era yang menuntut kecakapan membaca, menulis, dan memahami informasi, kemunduran literasi berarti mengurangi daya saing generasi muda kita.
Peta Pendidikan Subulussalam
Subulussalam memiliki jaringan sekolah yang tersebar di enam kecamatan. Mulai dari tingkat SD hingga SMA, fasilitas pendidikan tersedia, meskipun dengan kualitas dan kapasitas yang berbeda-beda.
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk SD relatif tinggi, menandakan sebagian besar anak usia sekolah dasar sudah bersekolah. Namun, ketika memasuki jenjang SMP dan SMA, APM mulai menurun.
Penurunan ini mengindikasikan adanya masalah keberlanjutan pendidikan. Ada anak-anak yang berhenti sekolah setelah lulus SD, dan sebagian lainnya bahkan tidak menyelesaikan SMP.
Data BPS mencatat bahwa angka putus sekolah di Subulussalam, meskipun tidak besar, tetap menjadi catatan penting. Di tingkat SMP, kasus putus sekolah sering terkait dengan faktor ekonomi dan jarak sekolah yang jauh.
Distribusi sekolah yang tidak merata membuat anak-anak di wilayah pinggiran harus menempuh perjalanan panjang untuk belajar. Kondisi ini menjadi penghalang, apalagi bagi keluarga yang terbatas secara ekonomi.
Selain akses, ketersediaan guru juga menjadi isu. Ada sekolah dengan jumlah siswa yang cukup banyak, tetapi kekurangan tenaga pengajar, sehingga kualitas pembelajaran menurun.
Tantangan Literasi
Turunnya angka melek huruf di Subulussalam menjadi tanda bahwa literasi belum menjadi prioritas utama.