Negara-negara dengan ketergantungan tinggi pada satu atau dua sumber investasi asing kini mendapati diri mereka berada dalam posisi tawar yang lemah, terjebak dalam dinamika kekuasaan global yang semakin keras dan tidak menentu.Â
Ketika akses terhadap teknologi, modal, dan pasar global semakin dibatasi oleh blok-blok ekonomi yang tertutup, negara berkembang dipaksa untuk menanggung beban ganda: stagnasi ekonomi domestik dan keterisolasian dari tatanan ekonomi global yang dulu mereka andalkan.
 Strategi Alternatif di Era Pasca-Globalisasi
Dalam lanskap ekonomi yang tidak lagi ditopang oleh arus modal global yang stabil, negara-negara berkembang menghadapi kebutuhan mendesak untuk merumuskan ulang strategi pembangunan yang lebih resilien, mandiri, dan kontekstual.Â
Ketergantungan terhadap FDI dan pasar ekspor harus secara perlahan digantikan oleh strategi yang berfokus pada penguatan kapasitas domestik dan daya tahan struktural terhadap guncangan eksternal.
Dalam konteks ini, reorientasi pembangunan nasional menjadi langkah penting, dimulai dari optimalisasi sumber daya lokal sebagai basis industrialisasi baru.Â
Alih-alih terus bergantung pada sektor primer berbasis komoditas untuk ekspor, strategi pembangunan ke depan perlu menekankan hilirisasi industri, integrasi rantai pasok lokal, dan peningkatan nilai tambah di dalam negeri.
Peran negara menjadi lebih sentral dalam proses ini, bukan hanya sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai aktor utama yang merancang, menggerakkan, dan melindungi proses transformasi ekonomi.Â
Kebijakan industri yang terarah, insentif fiskal untuk produksi lokal, serta proteksi strategis terhadap sektor-sektor yang dianggap vital menjadi elemen penting dalam pembangunan pasca-globalisasi.
Di saat pasar global semakin tertutup, pasar domestik harus diberdayakan, tidak hanya sebagai arena konsumsi, tetapi juga sebagai laboratorium inovasi dan produksi.Â
Dalam hal ini, keberdayaan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi pilar utama, karena mereka tidak hanya menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, tetapi juga memiliki kedekatan dengan dinamika sosial dan ekonomi masyarakat lokal.
Selain penguatan basis produksi dalam negeri, kerja sama ekonomi regional dan selatan-selatan muncul sebagai alternatif strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap pusat-pusat kekuatan ekonomi global.Â