Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Nabung Emas, Nabung Amal: Transformasi Finansial Menuju Sosial

26 Juni 2025   13:41 Diperbarui: 26 Juni 2025   13:41 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nabung Emas, Nabung Amal: Transformasi Finansial Menuju Sosial

Oleh: Julianda Boang Manalu

Ritme hidup modern seringkali membuat manusia terjebak dalam dua paradigma, yaitu, menabung untuk diri sendiri dan "menabung" kebaikan---bagi orang lain, lingkungan, atau masyarakat luas. 

Memang, jarang kita hubungkan antara emas, sebuah simbol investasi dan keamanan finansial, dengan kebaikan sosial. 

Namun lewat gerakan #mengEMASkanIndonesia, Pegadaian membuka perspektif baru, yaitu dengan menyatukan keduanya, sehingga menabung emas bukan hanya soal keuntungan, melainkan soal kontribusi terhadap masa depan bersama.

Selama ini, menganggarkan sebagian pendapatan untuk emas identik dengan strategi jangka panjang---untuk dana pendidikan, dana pensiun, atau proteksi inflasi. 

Emas sering dipandang sebagai harta plastik, kaku, dan jauh dari hal-hal sentimental. 

Tapi, coba kita bayangkan jika setiap gram emas Anda---secuil tabungan bulanan atau sekilogram pada momentum tertentu---ditautkan dengan wujud konkret, misalnya mendukung pelatihan UMKM, memberikan beasiswa, atau memperbaiki fasilitas sekolah. 

Di sinilah emas bertransformasi menjadi bukan hanya logam mulia, tapi logam kebaikan. Emas berubah dari aset belaka menjadi sarana bagi perubahan sosial.

Strategi Pegadaian melalui program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) memberi landasan kuat. 

Mereka menyasar berbagai lini---mulai dari literasi keuangan, pelatihan GadePreneur bagi pengusaha mikro, menyokong energi terbarukan, hingga menghidupkan kembali sekolah-sekolah di daerah terpencil. 

Ini bukan sekadar aksi donor pasif, melainkan integrasi investasi publik-ke-relawan mandiri. 

Ketika seseorang nabung emas, sebagian dari cuannya dikonversi menjadi aset perubahan sosial di berbagai daerah. Kecil tapi berdampak.

Dari Emas yang Diam Menjadi Aksi Nyata

Dalam konteks kekinian, banyak anak muda millennial dan Gen Z menganggap menabung emas sebatas soal keuntungan. Namun jika dipadukan dengan kepedulian sosial, ini jadi gerakan bersama, misalnya, satu orang beli satu gram emas, orang lain beli satu gram lagi. 

Seiring terkumpulnya beberapa puluh hingga ratusan gram, hasilnya bisa dialihkan ke program mikro---beasiswa, mobil perpustakaan keliling, perbaikan fasilitas, bahkan modal awal UMKM skala kecil. 

Energi sosial itulah yang menjadikan aksi finansial sangat kaya makna.

Emas yang disimpan di brankas, diam, tak lekas menghasilkan apa-apa secara langsung. Tapi jika ditukarkan dalam bentuk dana, potensi dampaknya bisa luar biasa. 

Bayangkan program energi terbarukan, misalnya, bantuan panel surya untuk desa tanpa listrik, yang dananya berasal dari hasil lelang emas. 

Menabung emas lantas bukan hanya tabungan individual, tapi tabungan kolektif yang memicu perubahan infrastruktur---belum lagi bidang pemberdayaan perempuan, di mana bantuan modal UMKM diperuntukkan bagi ibu-ibu berdaya ekonomi rendah.

Pegadaian, lewat gerakan #mengEMASkanIndonesia, tidak serta-merta mawarkan gagasan bahwa cukup beli emas sekali, lalu semua bebas uang. Bukan. 

Pesannya sederhana dan kuat, yaitu: kebiasaan menabung emas bisa dimanfaatkan---dalam waktu yang tepat---ke jalan sosial. 

Memang tidak melulu berbicara soal dana besar. Emas 5 gram nilainya tidak akan membangun sekolah, tapi bisa menjadi tambahan modal untuk perempuan yang ingin mulai usaha warung kecil, seperti buka bubur ayam keliling atau jual tahu batok. 

Kelak, dari warung kecil itu lahir penghasilan yang mampu memberi sekolah, membiayakan kehidupan layak, dan memberi dampak ganda dalam siklus ekonomi lokal.

Saat ini, stakeholder semacam Pegadaian, komunitas relawan, hingga individu yang paham bisnis sosial tengah merumuskan "skema emas amal" yang lebih terorganisir. 

Bayangkan strategi dengan menabung emas otomatis akan dialokasikan 10% sebagai dana sosial, sisanya 90% untuk aset pribadi. 

Tabungan itu bisa "diproduk" sebagai partisipasi kolektif terhadap proyek pemberdayaan atau lingkungan. Misalnya, dana 10% dari 10.000 user dikumpulkan tiap bulan, lalu digunakan untuk membangun sumur di desa-desa. 

Dengan begitu, #mengEMASkanIndonesia bukan sekadar tagline, tapi gerakan nyata skala rakyat.

Emas dan Literasi Keuangan: Sinergi Menuju Kedewasaan Sosial

Bagian penting dari keberhasilan program adalah pendampingan lewat literasi. Menabung emas butuh pemahaman nilai, kurs, penyimpanan, serta keamanan. 

Pegadaian punya program literasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama di daerah terpencil. Mengedukasi ibu rumah tangga, pelajar, dan UMKM soal pentingnya diversifikasi aset---termasuk emas. 

Dan, ketika informasi sudah matang, mereka bisa memilih antara menabung, mencairkan untuk kebutuhan penting, dan tak kalah penting---menyisihkan untuk kontribusi sosial.

Proses ini mendidik budaya "lebih dari diri sendiri." Menjadi dewasa secara finansial berarti bisa mengatur prioritas, diri sendiri terlebih dahulu, keluarga, lalu lingkungan. 

Momentum saat ini adalah peluang besar. Emas, di tengah inflasi global dan perlambatan ekonomi, tetap menjadi aset favorit. 

Namun di Indonesia, emas harus bergerak dari ruang pribadi ke ruang publik. 

Nasabah Pegadaian yang menabung lewat platform digital bisa diberikan pilihan, seperti: "Dana ini akan disisihkan sebesar X untuk kontribusi sosial." 

Prosesnya bisa otomatis dan langsung, bagaikan zakat---bukan dari keharusan agama, tapi dorongan etis dan sosial.

Dari data Antara per 30 Januari 2024, Pegadaian telah menjual 21 ton emas melalui program Tabungan Emas sejak 2015, dengan 9,6 juta nasabah yang membuka rekening. 

Jika separuh dari akumulasi nasabah ini menyisihkan hanya 5% dari tabungan emasnya untuk kegiatan sosial, maka potensi dana yang dialirkan secara kolektif bisa menyentuh puluhan triliun rupiah tiap tahun.

Tak hanya soal dana yang terkumpul. Prosesnya, bila disertai edukasi dan pemberdayaan masyarakat, menghasilkan efek ganda, yaitu membuka pemahaman inklusi keuangan di daerah, membangun kepercayaan terhadap institusi, sekaligus mempererat kohesi sosial. 

Setiap orang merasa punya andil, bukan hanya objek bantuan. Mereka berubah menjadi pelaku perubahan, bukan sekadar penerima manfaat.

Gagasan "Koin Social Gold"

Untuk membawa ide ini ke publik, ide "Koin Social Gold"---koin emas digital dengan karakter lokal---bisa diperkenalkan dalam platform #mengEMASkanIndonesia. 

Koin ini merepresentasikan donasi mikro, contohnya, per gram emas bisa dipotong jadi satuan-satuan kecil, lalu disalurkan ke berbagai program. 

Misalnya, 0,01 gram emas sama dengan satu "koin sosial" yang digunakan untuk mendukung satu murid, satu kegiatan bersih desa, atau satu masyarakat memperoleh pelatihan dasar digital. 

Koin ini bisa diberikan sebagai hadiah dari orang tua ke anak, dari guru ke murid, dari kolega ke sesama.

Lebih penting dari aspek crowdfunding atau modal sosial, ide ini ingin menanamkan kepedulian, investasi bukan hanya untuk diri sendiri. 

Ini menuntut kalimat simplenya, seperti: "Investasi bukan sekadar untuk masa depanmu, tapi juga masa depan orang lain."

Kesimpulannya, gerakan #mengEMASkanIndonesia membuka babak baru investasi bermakna---di mana emas kembali diposisikan tidak hanya sebagai aset stabil, tapi juga sarana kebaikan. 

Dengan pola literasi, digitalisasi, dan integrasi sosial, menabung emas bisa menjelma menjadi budaya peduli yang menghasilkan dampak nyata, seperti: membantu pendidikan, pemberdayaan, dan lingkungan. 

Setiap gram emas bisa jadi cerita, harapan, dan perubahan. Transformasi finansial pun bergeser, dari kita melulu, menjadi kita bersama. Semoga!

#TJSL Pegadaian
#MengEmasKanIndonesia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun