Prosesnya bisa otomatis dan langsung, bagaikan zakat---bukan dari keharusan agama, tapi dorongan etis dan sosial.
Dari data Antara per 30 Januari 2024, Pegadaian telah menjual 21 ton emas melalui program Tabungan Emas sejak 2015, dengan 9,6 juta nasabah yang membuka rekening.Â
Jika separuh dari akumulasi nasabah ini menyisihkan hanya 5% dari tabungan emasnya untuk kegiatan sosial, maka potensi dana yang dialirkan secara kolektif bisa menyentuh puluhan triliun rupiah tiap tahun.
Tak hanya soal dana yang terkumpul. Prosesnya, bila disertai edukasi dan pemberdayaan masyarakat, menghasilkan efek ganda, yaitu membuka pemahaman inklusi keuangan di daerah, membangun kepercayaan terhadap institusi, sekaligus mempererat kohesi sosial.Â
Setiap orang merasa punya andil, bukan hanya objek bantuan. Mereka berubah menjadi pelaku perubahan, bukan sekadar penerima manfaat.
Gagasan "Koin Social Gold"
Untuk membawa ide ini ke publik, ide "Koin Social Gold"---koin emas digital dengan karakter lokal---bisa diperkenalkan dalam platform #mengEMASkanIndonesia.Â
Koin ini merepresentasikan donasi mikro, contohnya, per gram emas bisa dipotong jadi satuan-satuan kecil, lalu disalurkan ke berbagai program.Â
Misalnya, 0,01 gram emas sama dengan satu "koin sosial" yang digunakan untuk mendukung satu murid, satu kegiatan bersih desa, atau satu masyarakat memperoleh pelatihan dasar digital.Â
Koin ini bisa diberikan sebagai hadiah dari orang tua ke anak, dari guru ke murid, dari kolega ke sesama.
Lebih penting dari aspek crowdfunding atau modal sosial, ide ini ingin menanamkan kepedulian, investasi bukan hanya untuk diri sendiri.Â
Ini menuntut kalimat simplenya, seperti: "Investasi bukan sekadar untuk masa depanmu, tapi juga masa depan orang lain."