Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjalin Hubungan Baik dengan Tetangga

4 Januari 2024   17:54 Diperbarui: 4 Januari 2024   18:04 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: SHUTTERSTOCK/SVRSLYIMAGE via KOMPAS.com

Oleh: Julianda BM

Di balik tembok rumah kita, bukan terbentang jurang pemisah, melainkan benang-benang kehidupan yang saling terajut. Benang itu bukan benang sutra halus, tapi benang tetangga, benang yang kadang kusut, kadang lurus, tapi senantiasa mengikat kita pada jalinan harmoni bernama komunitas. 

Menjaga hubungan baik dengan tetangga bukan sekadar basa-basi basahi halaman atau tebar senyum saat berpapasan. Ini tentang sebuah seni, sebuah keterampilan merajut benang kehidupan, yang bila ditelantarkan, bisa membuat selimut kehangatan komunitas terurai.

Bayangkanlah sebuah orkestra. Biola melodi indah, cello harmoni dalam, tapi tanpa iringan drum yang tepat, alunan musik itu hanyalah sekumpulan bunyi tak beraturan. 

Tetangga adalah sang drummer, elemen penting yang menentukan irama kehidupan bersama. Tetangga yang baik, tetangga yang peduli, menjadi irama mantap yang mengiringi langkah kita, menjadi penjaga stabilitas bahkan di kala simponi kehidupan bernada minor.

Tapi mengapa kita perlu merajut benang ini? Bukankah cukup bertegur sapa, dan jika perlu, saling tolong menolong? Nyatanya, menjaga hubungan baik dengan tetangga lebih dari sekadar etika sosial. Ini tentang investasi. Investasi keamanan, kenyamanan, dan bahkan kebahagiaan.

Pikirkanlah saat listrik padam, lampu darurat kita remang-remang. Siapa yang pertama kali Anda ketuk pintunya? Tetangga. Saat banjir mendadak, siapa yang mungkin sigap mengulurkan perahu kecilnya? Kembali lagi, tetangga. 

Saat anak Anda tersesat, siapa yang wajahnya yang pertama dicari matamu di kerumunan? Tepat, tetangga. Mereka bukan sekadar penghuni rumah sebelah, tapi barisan terdepan penjaga keharmonisan dan keamanan, ujung tombak yang melindungi benteng kecil bernama rumah kita.

Tapi benang tetangga tak selalu lurus. Ada gesekan, ada kesalahpahaman, ada irama yang tak selaras. Inilah seni merajut yang sesungguhnya. Kemampuan menghadapi konflik dengan kepala dingin, komunikasi yang jernih, dan hati yang pemaaf. 

Saat tetangga berisik, bukan maki yang dilontarkan, tapi dialog yang dibuka. Saat tetangga bergosip, bukan api yang dinyalakan, tapi air pengertian yang disiramkan. Ingatlah, benang yang kusut bisa diluruskan, tapi benang yang putus sulit diikat kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun