Mohon tunggu...
Robbaldan Mughni Tanaya
Robbaldan Mughni Tanaya Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

In it, i became a hero. I had adventures, loved and dreamt. Thus, i read, read, and read again.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengurai Kode Komunikasi: Cara Kita Mengetahui Apa Yang Tidak Dikatakan

10 Oktober 2025   03:08 Diperbarui: 10 Oktober 2025   03:17 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Budaya konteks-tinggi seringkali polikronik (waktu fleksibel). Mereka lebih mementingkan hubungan yang sedang berjalan. Jika seseorang terlambat 15 menit karena sedang menyelesaikan percakapan penting dengan klien, mereka merasa mereka melakukan hal yang benar, menghormati orang yang sedang mereka ajak bicara. Namun, bagi pihak monokronik, ini hanya berarti mereka tidak diutamakan.

Lebih dari sekadar ketepatan waktu, ini memengaruhi kepercayaan. Konteks-rendah membangun Cognitive Trust (kepercayaan pada keandalan dan data), sementara Konteks-tinggi membangun Affective Trust (kepercayaan yang didasarkan pada ikatan emosional dan persahabatan).

3. Negosiasi Kontrak dan Komitmen
Dalam budaya konteks-rendah, kontrak yang ditandatangani adalah senjata utama. Mereka menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memastikan setiap pasal tertulis dengan sempurna.

Dalam budaya konteks-tinggi, komitmen lisan dan jaminan dari individu yang Anda percayai sering kali terasa lebih kuat daripada dokumen hukum. Negosiasi yang berlangsung lama tidak berarti ada perselisihan, tetapi itu adalah proses yang wajib untuk membangun fondasi keyakinan bersama sebelum komitmen serius dilakukan. Berusaha mempercepat proses ini di mata mereka justru menunjukkan ketidaksabaran atau kurangnya keseriusan.

Mengembangkan Keluwesan Budaya (Cultural Agility)
Di tengah hiruk pikuk global, kita tidak bisa hanya berharap semua orang akan beradaptasi dengan cara kita. Keberhasilan menuntut keluwesan budaya (cultural agility), yaitu kemampuan untuk secara sadar menyesuaikan gaya komunikasi kita sesuai dengan situasi dan lawan bicara (Meyer, 2014).

Menjadi komunikator global yang efektif berarti kita harus menjadi ahli ganti gaya. Kita harus sadar bahwa tidak ada satu gaya pun yang "lebih baik"; yang ada hanyalah gaya yang lebih efektif dalam konteks tertentu.

Langkah Praktis untuk Komunikator Konteks-Rendah (Menuju Konteks-Tinggi):

Sisipkan Pemanasan: Jangan langsung ke pokok bahasan. Mulailah setiap email atau pertemuan dengan sapaan hangat yang tulus (misalnya, menanyakan kabar keluarga atau hal non-bisnis lainnya).

Perhalus Bahasa: Ganti perintah langsung dengan permintaan yang lebih lembut. Alih-alih "Lakukan ini segera," gunakan "Bisakah Anda membantu saya menyelesaikan ini? Kami sangat menghargai upaya Anda."

Hormati Keheningan: Jika ada keheningan atau jawaban yang tidak langsung, jangan berasumsi mereka tidak setuju atau bingung. Beri mereka waktu dan ruang untuk menyusun jawaban mereka sesuai dengan cara yang sopan.

Langkah Praktis untuk Komunikator Konteks-Tinggi (Menuju Konteks-Rendah):

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun