Dik Siti Istiqomah tersayang, maafkan mas sudah membuatmu bimbang. Mas tahu bagaimana perasaanmu saat ini, duri-duri kehidupan tertancap dihatimu sekian lama, nanah pun mengendap. Mas juga tahu, kau sedang menungguku menghadap.
Dik Siti sayang, mas paham  bagaimana kepercayaan kepada tuhan adalah hal yang tak mungkin ditentang, namun benarkah cinta ini terlarang?
Dik Siti, datanglah! Pintu keluarga mas terbuka untukmu. Mas tak bisa menjanjikan kebahagiaanmu, namun satu hal yang perlu kamu tahu, keluargaku mau menerimamu.
Nb. Datanglah pada alamat pengirim surat, salam rindu.
(***)
Hari masih pagi, pukul 07.30 WIB, saat tragedi Bintaro terjadi. Bocah berseragam Sekolah Dasar yang sejak tadi berlari, kini berhenti.
Masih saat anak itu baru saja berhenti, mengatur nafas yang tarik ulur tanpa henti, bocah itu baru menyadari, kerikil-kerikil tajam menggoresi kaki. Namun kau tahu? Sesuatu yang besar telah terjadi! Ia pun ingin berlari, membawa rasa sesal yang mengusik tiada henti.
12 Agustus 2017
Ditulis untuk memenuhi program kemandirian menulis "one day one article".