Pada tanggal 18 Juni 2025, saya berkesempatan menghadiri sebuah momen bersejarah dan sangat menyentuh hati di Desa Tanjung Muda. Sebuah panen raya digelar oleh Kelompok Tani Jaya Mandiri---kelompok tani yang telah saya dampingi sejak awal perjuangan mereka. Kisah ini bukan sekadar tentang panen dan hasil pertanian, melainkan tentang semangat pantang menyerah, kerja sama, dan kepercayaan yang tumbuh di antara kami.
Masa Sulit: Lahan Terbengkalai Akibat Banjir
Desa Tanjung Muda pernah mengalami masa-masa sulit yang menyebabkan sebagian besar petani meninggalkan profesinya. Sungai Batang Merao yang mengalir di sekitar desa kerap meluap dan menyebabkan banjir besar, merusak lahan pertanian dan menggagalkan panen. Seiring waktu, lahan-lahan produktif berubah menjadi rawa dan lahan tidur. Banyak petani akhirnya memilih beralih profesi demi menyambung hidup.
Namun, di tengah situasi yang tidak mudah tersebut, terdapat satu kelompok yang tetap teguh pada niat mereka: untuk kembali menggarap lahan yang telah lama ditinggalkan. Mereka adalah Kelompok Tani Jaya Mandiri.
Awal Perjuangan: Semangat yang Tidak Pernah Padam
Kelompok ini menghubungi saya sebagai penyuluh pertanian. Mereka menyampaikan keinginan untuk mencoba mengelola kembali lahan tidur yang selama ini dianggap tidak layak tanam. Melihat tekad mereka yang begitu besar, saya tidak ragu untuk terlibat penuh dalam perjalanan mereka.
Kami memulai dari dasar: memilih benih yang sesuai, mempelajari teknik pengolahan lahan rawa, dan mendampingi mereka dalam setiap tahapan budidaya. Meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah ringan, semangat gotong royong dan kemauan belajar dari para anggota kelompok sangat menginspirasi.
Yang membuat saya tersentuh, setiap hari Jumat mereka selalu menghubungi saya, memastikan saya hadir dalam kegiatan mereka. Komunikasi dan keterlibatan mereka menciptakan hubungan yang erat, tidak hanya sebagai penyuluh dan petani, tetapi juga sebagai mitra yang saling menghargai dan mendukung.
Sebuah Penghargaan yang Tak Terlupakan
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika mereka dengan sukarela memundurkan jadwal panen raya yang semula direncanakan pada hari Senin. Hal tersebut mereka lakukan karena mengetahui saya memiliki agenda lain di hari itu. Mereka mengusulkan untuk menggeser kegiatan panen ke hari Rabu agar saya dapat hadir.
Perhatian dan penghargaan itu begitu menyentuh hati saya. Tindakan tersebut menjadi bukti betapa eratnya hubungan emosional yang telah terbangun di antara kami. Mereka tidak hanya menghargai peran saya sebagai penyuluh, tetapi juga sebagai bagian dari perjalanan perjuangan mereka.
Panen yang Membanggakan
Akhirnya, saat panen raya tiba, kami menyaksikan hasil yang luar biasa. Dari lahan rawa yang selama ini dianggap tidak produktif, mereka berhasil memperoleh hasil panen sebesar 4,5 ton per hektar. Pencapaian ini tentu sangat membanggakan, bukan hanya dari sisi produktivitas, tetapi juga sebagai simbol keberhasilan atas kerja keras dan ketekunan yang telah mereka jalani.
Lebih dari itu, semangat mereka tidak berhenti sampai di situ. Ketua kelompok, Bapak Bustiardi, dengan penuh keyakinan menyampaikan bahwa mereka ingin menjadi contoh bagi warga desa lainnya. "Kami ingin menunjukkan bahwa lahan tidur bisa dikelola dengan benar dan memberikan hasil," ujarnya.