Sarawak, Malaysia merupakan salah atau destinasi wisata yang sangat menarik untuk para wisatawan, khususnya wisatawan dari Indonesia. Meskipun berbeda negara tapi banyak juga dari wisatawan Indonesia yang memilih Sarawak sebagai tempat kunjungan berwisata di hari libur. Sarawak memiliki banyak objek wisata yang dapat dikunjungi, misalnya Kuching yang terkenal dengan sungai, hutan rimba dan hidangan lautnya.
Siti Rahmawati yang kemarin pada 17 Januari 2025 berkunjung ke Sarawak selama 3 hari bersama 12 orang kolega kantor/perusahaan, berangkat menggunakan 1 mobil travel dari pontianak dan menempuh perjalanan kurang lebih selama 7 jam. Di sana, Siti bersama 12 koleganya menginap di Hotel Berbintang (4 dan 5) dengan memesan 3 kamar yang sebelumnya sudah dipesan sebelum keberangkatan menuju Sarawak. Siti selama kunjungan 3 hari di Sarawak mengeluarkan biaya sebesar Rp 3.000.000,- lebih besar dari penghasilan yang Siti dapatkan selama bekerja sebesar Rp 2.700.000,-.
Siti dan 12 koleganya berangkat menggunakan 1 mobil travel. Mobil travel seperti mini bus yang bermuatan 16 belasan orang, mereka pergi dari jam 11 malam dari Pontianak tepatnya dari Rusunawa Untan dan sampai di Entikong sekitar jam 4.30 pagi, mereka tidak langsung ke hotel karena harus menunggu untuk mendapatkan izin masuk terlebih dahulu sebelum memasuki wilayah Sarawak, Malaysia. Dijam 7 pagi Siti dan rombongan koleganya baru bisa melanjutkan perjalanan ke hotel berbintang atau hotel Tun yang sudah dipesan sebelumnya. PLBN yang dilalui Siti dan koleganya adalah PLBN Entikong.
Selama perjalanan mereka sering singgah untuk menunggu rombongan lain yang menggunakan mobil travel lain, selain itu mereka juga berhenti untuk untuk makan, sholat dan isi bahan bakar mobil. Selama perjalanan Siti dan koleganya sama sekali tidak mengalami kendala seperti macet dijalan dan semacamnya karena mereka berangkat pada malam hari sehingga tidak banyak kendaraan yang melintas di jalan yang mereka lalui.
Untuk biaya mobil travel yang digunakan sudah sekaligus dengan harga sewa hotel berbintang, total uang yang Siti keluarkan sebesar Rp 3.000.000,- selama kunjungan ke 3 hari itu. Siti dan koleganya mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.750.000,- untuk sewa mobil travel selama pulang dan pergi, ini sudah termasuk biaya sewa hotel sekaligus biaya untuk mengantar mereka ke tempat wisata yang akan mereka kunjungi. Sisanya, yaitu Rp 1.250.000,- adalah biaya lain-lain yang digunakan untuk kebutuhan pribadi dari Siti sendiri, termasuk untuk membeli oleh-oleh keluarganya yang ada di Pontianak.
Siti dan rombongan koleganya berlibur ke Sarawak bukan karena ada urusan pekerjaan yang harus dikerjakan disana tapi memang hanya untuk liburan di hari libur, apalagi ketika Siti dan rombongan berangkat masih dalam suasana tahun baru 2025. Siti selama perjalanan sama sekali tidak merasakan mabuk perjalanan karena sebelum berangkat Siti mengkonsumsi pil anti mabuk sehingga tidak mengalami mabuk perjalanan selama dimobil.
Siti dan koleganya tidak makan atau sarapan dihotel, mereka makan di restoran yang dekat dengan hotel tempat mereka menginap, butuh waktu sekitar 15 menit perjalanan ke restoran yang dituju. Direstoran, Siti memesan makanan seperti nasi briani dan minuman teh openg atau yang biasa kita kenal dengan teh es. Disana, Siti dan koleganya bertemu dengan pengunjung lain yang berasal dari Pontianak juga, seperti Kota Baru. Restoran yang mereka kunjungi tidak menjual makanan yang tidak halal sehingga mereka tidak ragu makan di restoran tersebut.
Keadaan lingkungan di Sarawak dan Kuching jika dibandingkan dengan lingkungan di Indonesia sangat berbeda jauh, lingkungan disana sangat sedikit adanya sampah yang tergeletak di tanah. Jalan raya disana kebanyakan seperti yang ada di jakarta yang menggunakan jalan tol layang, bahkan jalan rayanya lebar dan orang-orang disana tertib dan taat dengan peraturan lalu lintas yang berlaku.
Tempat yang Siti dan koleganya kunjungi adalah Danau Tasik Biru yang ada di Kuching. Siti dan koleganya pergi ke Danau Tasik Biru menggunakan mobil travel yang sebelumnya membawa mereka dari Pontianak ke Sarawak. Selain ke Danau Tasik Biru, Siti dan koleganya juga pergi ke Tugu Kuching, Waterfront dan kafe-kafe atau restoran terdekat yang ada disekitar tempat mereka kunjungi untuk beristirahat dan menghilangkan lelah sejenak serta mengisi kembali tenaga yang sudah terpakai.
Ketika sampai di Danau Tasik Biru, Siti menemukan beberapa interaksi ramah antara warga asli yang berasal dari Kuching dengan wisatawan asing. Bahkan, Siti beberapa kali berkomunikasi dengan warga asli Kuchingnya, mereka sangat ramah dan tidak bersikap berlebihan ketika berbicara dengan Siti.
Berbeda dengan pedagang di Indonesia yang banyak menjual dagangan di kaki lima atau pinggiran jalan, para pedagang di Sarawak dan Kuching memiliki tempatnya masing-masing untuk menjual barang mereka, seperti kios. Tidak ada yang berjualan di pinggir jalan atau kaki lima seperti yang kebanyakan di jumpai di Indonesia. Di Sarawak para pedagang atau penjual banyak yang dalam berdagang di pasar-pasar saja, mirip pasar tengah yang ada di Pontianak. Untuk penjual atau pedagangnya sendiri kebanyakan adalah orang-orang India, Pakistan atau China. Meski begitu untuk berbelanja disana Siti dan koleganya tidak khawatir mengenai komunikasi karena para pedagang di sana bisa menggunakan bahasa melayu sehingga mereka mudah untuk berkomunikasi.